Tembakan, Ledakan Terjadi Jelang Pemilu Thailand
BANGKOK, SATUHARAPAN.COM - Bentrokan meletus di Bangkok pada Sabtu (1/2), menjelang digelarnya pemilihan umum Thailand, antara pengunjuk rasa yang pro dan anti-pemerintah, dengan ledakan dan rentetan tembakan terdengar, demikian dilaporkan wartawan AFP.
Warga, personel keamanan dan wartawan berlari mencari tempat perlindungan di sebuah pusat perbelanjaan setelah seorang lelaki mengambil senapan dari dalam tas dan menembakkan peluru dalam ketegangan antara pendukung pemerintah dan oposisi, kata wartawan AFP yang berada di lokasi kejadian.
Penembakan terjadi selama sekitar satu jam.
Petugas mengatakan beberapa orang cidera dalam bentrokan tersebut, yang pecah saat kelompok anti-pemerintah mengepung pusat distribusi kotak suara di ibu kota Thailand.
"Seorang korban tampaknya tertembak di dada dan dilarikan ke rumah sakit," kata petugas dari pusat darurat Erawan, seraya menambahkan bahwa dua korban lain juga dilarikan ke rumah sakit.
Ketegangan meningkat di ibu kota menjelang digelarnya pemilu kontroversial pada Minggu. Pengunjuk rasa oposisi bertekad untuk memblokir pemilu untuk mencegah terpilihnya kembali Perdana Menteri Yingluck Shinawatra.
Bangkok diguncang oleh aksi unjuk rasa selama berminggu-minggu yang terkadang berlangsung dengan kekerasan, oleh koalisi yang menentang Yingluck serta berlanjutnya pengaruh kakak lelakinya Thaksin Shinawatra -- mantan perdana menteri yang digulingkan oleh militer pada 2006.
Kerusuhan tersebut merupakan episode terbaru dalam ketidakstabilan politik Thailand sejak para jendral menggulingkan Thaksin tujuh tahun lalu, dan memulai terjadinya rangkaian kekerasan aksi protes jalanan.
Bentrok pada Sabtu terjadi setelah para pengunjuk rasa yang memblokir distribusi kotak suara dari kantor distrik Lak Si di utara Bangkok -- satu dari 50 distrik di ibu kota -- berhadapan dengan sekitar 200 pendukung pemerintah, beberapa diantaranya bersenjatakan pentungan dan pipa besi.
Setidaknya dua ledakan terdengar di kawasan itu, yang oleh polisi dikatakan sebagai bom molotov, sebelum tembakan terjadi.
Menurut wartawan AFP, terjadi baku tembak di satu titik di kawasan itu.
Setidaknya 10 orang meninggal dan ratusan lain terluka dalam beberapa kali bentrokan, serangan granat dan penembakan lewat mobil sejak unjuk rasa pihak oposisi dimulai tiga bulan lalu.
Para pengamat memperkirakan pemilu akan berlangsung ricuh setelah pemilu awal sebelumnya di beberapa bagian ibu kota Minggu lalu diblokir.
Sekitar 130 ribu polisi disiagakan untuk menjaga 93 ribu tempat pemungutan suara di seluruh negeri.
Pihak berwenang menyatakan pengunjuk rasa juga memblokir distribusi kotak suara ke TPS-TPS di seluruh wilayah selatan Thailand.
Pengunjuk rasa oposisi -- sebagian besar merupakan kelas menengah Bangkok dan penduduk wilayah selatan, didukung oleh faksi-faksi di kalangan elite -- menuntut pemerintahan Yingluck turun untuk memberi jalan bagi terbentuknya "dewan rakyat" yang akan memantau reformasi untuk mengatasi korupsi dan dugaan pembelian suara.
"Pemerintah ini korup. Jika kita membiarkan pemungutan suara berlanjut, mereka akan kembali, jadi kita tidak akan melakukan pemilu," kata seorang pengunjuk rasa Sirames di Lak Si sebelum bentrokan itu terjadi.
Berbagai unjuk rasa tersebut dilatarbelakangi oleh pertikaian politik selama bertahun-tahun yang melibatkan elite kerajaan --didukung oleh pengadilan dan militer -- menentang Thaksin, pengusaha miliarder yang banting setir menjadi politisi.
Yingluck tampaknya akan memenangi pemilu pada Minggu, dengan dukungan kuat dari kawasan utara dan timurlaut Thailand.
Namun pemilu tersebut juga dibayang-bayangi ketidakpastian, dengan ancaman kerusuhan saat pemungutan suara serta beberapa daerah pemilihan yang tidak mempunyai kandidat.
Sekitar 440 ribu orang yang dihambat untuk ikut memilih pekan lalu akan memilih pada 23 Februari. (AFP)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...