Korban Tewas Terus Terjadi dalam Bentrokan di Irak
Kedubes AS di Baghdad Diserang Roket
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM-Dua belas demonstran tewas dalam dua hari bentrokan di Irak. Dan pada hari Minggu (26/1) tiga orang tewass di lapangan Al-Wathba di ibu kota Baghdad dalam bentrokan antara pasukan keamanan dan demonstran anti pemerintah, menurut sejumlah media, mengutip sumber-sumber medis dan keamanan setempat.
Sementara itu, pasukan keamanan Irak dilaporkan menembakkan gas air mata dan peluru tajam dalam bentrokan dengan pengunjuk rasa yang marah dengan korupsi yang tinggi di Irak. Demonstran melawan dengan melemparkan batu dan bom molotov, kata saksi mata dan sumber keamanan yang dikutip Reuters.
Lebih dari 100 demonstran terluka dalam kekerasan di ibu kota dan beberapa kota lain setelah pasukan keamanan berusaha membersihkan kamp-kamp protes, kata sumber-sumber medis.
Setidaknya 75 dari mereka yang terluka berada di kota Nassariya. Seorang saksi mata Reuters mengatakan para pengunjuk rasa membakar dua kendaraan keamanan dan ratusan demonstran lainnya memblokir jembatan utama di kota itu. Kemudian seorang pria tak dikenal membakar tenda yang merupakan bagian dari aksi pendudukan selama sebulan di pusat kota, menurut laporan Al Arabiya.
Para pengunjuk rasa menuntut perubahan politik dari elite penguasa yang korup dan mengakhiri campur tangan asing dalam politik Irak, terutama oleh Iran, yang mendominasi institusi negara, dan perubahan sistem politik sektarian di negara itu.
Pada hari Minggu (26/1), ratusan mahasiswa berkumpul di lapangan Tahrir, kamp utama massa protes, meneriakkan slogan-slogan melawan Amerika Serikat dan Iran. Di kota Basra, lebih dari 2.000 mahasiswa tiba di kamp protes, menurut laporan Reuters.
Protes juga berlanjut di kota Karbala, Najaf dan Diwaniya; mereka menentang pasukan keamanan yang akan membubarkan aksi pendudukan mereka yang sudah berlangsung berbulan-bulan.
12 Demonstran Tewas
Sementara itu, media setempat, The Baghdad Post, mengutip Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia Irak, melaporkan bahwa dalam dua haru bentrokan antara pasukan keamanan dan demonstran, 12 pengunjuk rasa tewas di Irak dalam dua hari terakhir, dan ratusan lainnya terluka.
Komisi itu mengatakan sembilan tewas di Baghdad dan tiga di kota Nasiriyah. Selain itu, 230 orang terluka, termasuk demonstran dan personel keamanan. Sebanyak 118 korban luka-luka terjadi di Baghdad. Pasukan keamanan, dilaporkan menangkap 89 pengunjuk rasa di Baghdad dan Basra selama 48 jam terakhir.
Setelah ulama Syiah Irak, Moqtada al-Sadr mengumumkan pada hari Sabtu (26/1) bahwa ia menghentikan dukungannya terhadap protes anti-pemerintah, pasukan keamanan menyerbu kamp-kamp para demonstran di daerah-daerah terpisah di seluruh Irak, mengintensifkan upaya mereka untuk mengakhiri demonstrasi.
Irak diguncang oleh gelombang protes massa sejak 1 Oktober. Lebih dari 600 pengunjuk rasa tewas dan lebih dari 25.000 lainnya menderita luka-luka.
Serangan ke Kedubes AS
Kekacauan di Iran juga diwarnai serangan lima roket Katyusha yang mendarat di dekat Kedutaan Besar Amerika Serikat di zona hijau, Baghdad. Dilaporkan bahwa tiga roket ditembakkan pada hari Minggu (26/1) langsung menghantam kedubes AS, kata satu sumber keamanan kepada AFP, termasuk satu roket meledak di sebuah kafe pada waktu makan malam.
Misi diplomatik, yang terletak di Zona Hijau Baghdad dengan keamanan tingkat tinggi, secara teratur terkena serangan roket dalam beberapa bulan terakhir.
Sementara itu, dilaporkan bahwa pesawat AS terlihat mendarat di dalam kompleks kedutaan di Baghdad, menurut laporan Al Arabiya. Dan serangan roket itu telah mengakibatkan sejumlah korban. Pejabat Irak yang dikutip AFP mengatakan setidaknya satu orang terluka dalam serangan roket kedubes AS.
Perdana Menteri (sementara) Irak, Adel Abdul Mahdi menyesalkan penargetan misi diplomatik oleh serangan roket yang berkelanjutan. Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi pemerintah, Abdul Mahdi, mengatakan bahwa “perilaku tidak bertanggung jawab yang terus-menerus membahayakan kepentingan yang lebih tinggi di negara itu dan hubungannya dengan mitra-mitranya."
Sedangkan Ketua Parlemen Irak, Mohammed al-Halbousi, mengatakan pada hari Minggu (26/1) bahwa serangan terhadap kedutaan AS di Baghdad merusak reputasi negara. Duta Besar AS, Matthew Tueller, mengecam serangan terhadap kedutaan negaranya di Baghdad.
Kehadiran militer Amerika telah menjadi masalah besar di Irak sejak serangan AS menewaskan jenderal Iran, Qassim Soleimani, dan seorang komandan Irak di luar bandara Baghdad pada 3 Januari.
Sekitar 5.200 tentara AS berada di Irak untuk memimpin koalisi global melawan ISIS, tetapi Irak mengatakan serangan terhadap Soleimani melanggar mandat itu.
Pada hari Jumat (24/1) puluhan ribu demonstrans memprotes kehadiran militer AS di Irak. Ulama Syiah, Moqtada al-Sadr juga menyerukan demonstrasi terhadap Kedutaan Besar AS di Baghdad dan kota-kota lain pada hari Minggu (26/1). Namun dia membatalkannya, dengan kantornya mengatakan untuk "menghindari perselisihan internal" sebagai alasannya.
Sadr yang memiliki jutaan pendukung di Baghdad dan wilayah selatan, pada hari Sabtu (25/1) mengatakan bahwa ia akan mengakhiri dukungan para demonstrasi anti-pemerintah.
“Kami protes karena kami punya alasan. Saya tidak berpikir Moqtada Sadr atau politisi lain akan berubah pikiran," kata seorang pemrotes di Baghdad yang menolak menyebutkan namanya.
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...