Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 11:21 WIB | Senin, 13 November 2023

Kota Gaza di Jalur Gaza Utara Hancur, dan Warga Mengungsi ke Selatan

Sebuah gambar menunjukkan pemandangan bagian luar rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada 10 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas. (Foto: AFP)

GAZA, SATUHARAPAN.COM-Jalan-jalan di Kota Gaza hancur ketika penduduk terpaksa mengungsi pada hari Jumat (10/11), dengan baku tembak antara tentara Israel dan militan Hamas yang berkecamuk dan persediaan kebutuhan pokok sangat terkuras.

Tembakan keras, ledakan, dan dengungan drone militer Israel terdengar saat malam tiba di Kota Gaza, di mana satu-satunya cahaya datang dari rumah sakit Al-Shifa, yang penuh dengan korban jiwa.

“Saya tidak optimis bahwa anak-anak saya atau saya akan selamat, mengingat intensitas pemboman dan tembakan,” kata Jawad Haruda, seorang warga.

Dia menggambarkan perjalanannya melarikan diri dari kamp pengungsi Shati di pesisir sebagai sebuah “tragedi.”

Militer Israel mengatakan pasukannya telah mencapai jantung Kota Gaza, yang sebelum perang wilayah itu ramai dengan pembeli dan pengemudi yang melewati lalu lintas yang padat.

“Situasinya sangat sulit di Gaza. Pengeboman melanda semua wilayah, dan terjadi banyak bentrokan, seiring dengan serangan Israel,” kata koresponden senior Al-Jazeera, Wael Al-Dahdouh, kepada AFP setelah meninggalkan kota tersebut.

Setelah lima pekan pemboman Israel tanpa henti yang menewaskan orang-orang di tempat penampungan sekolah, rumah sakit, dan sejumlah rumah, ribuan warga berjalan ke selatan sejauh beberapa mil (kilometer) untuk menghindari serangan darat yang semakin intensif.

Hampir 1,6 juta orang menjadi pengungsi internal sejak 7 Oktober, kata badan PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) untuk pengungsi Palestina (UNRWA), hampir dua pertiga dari populasi Gaza.

Penghuni kamp Shati lainnya, Munir Al-Raii, mengatakan daerah tersebut kosong setelah serangan “tanpa pandang bulu” Israel.

“Rumah-rumah runtuh menimpa penghuninya, tanpa menyisakan anak-anak atau perempuan, tidak menyisakan apa pun kecuali sisa-sisa tubuh manusia,” katanya sambil menggendong seorang anak kecil di pundaknya.

Israel mengatakan pihaknya mengusir militan Hamas di Gaza yang padat penduduknya, setelah serangan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober yang menewaskan lebih dari 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, menurut para pejabat Israel.

Kampanye militer mereka telah menewaskan lebih dari 11.000 orang di Gaza, sebagian besar warga sipil, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas.

Kekurangan Bahan Pangan

Mereka yang selamat dari perang sejauh ini kini menghadapi kekurangan pasokan bahan pokok.

Mohammad al-Talbani, sambil menggendong bayi dan mengenakan ransel kecil saat melarikan diri, mengatakan “tidak ada yang tersedia sama sekali” di Kota Gaza.

“Ada kekurangan makanan dan air. Kami ke toko membeli popok dan susu, yang seperti itu untuk anak, tidak ada,” katanya.

“Bahkan terjadi kekurangan bahan pangan, seperti kacang-kacangan dan makanan kaleng,” tambah Talbani.

Tidak ada toko roti yang berfungsi di Gaza utara, kata badan kemanusiaan PBB (OCHA) pada hari Kamis.

Setelah serangan Israel terhadap panel surya di atap menyebabkan toko roti terbesar di Kota Gaza rusak, warga yang putus asa mengambil semua tepung dari tokonya pada hari Selasa.

“Kami tidak punya makanan, haruskah kami mati kelaparan?” kata salah satu dari mereka, Daoud.

OCHA mengatakan badan tersebut telah mendengar laporan tentang orang-orang yang memakan bawang mentah untuk bertahan hidup.

Seruan global untuk menghentikan pertempuran guna meringankan bencana kemanusiaan yang melanda Gaza, serta mengizinkan sekitar 240 sandera yang direnggut dari Israel untuk dibebaskan, tidak diindahkan.

Penduduk Kota Gaza yang pergi berhasil lolos dari serangan darat, namun menghadapi risiko lebih besar terkena pemboman udara dan kepadatan penduduk yang ekstrem di wilayah selatan.

Mereka yang tidak bisa meninggalkan kotanya menghadapi peningkatan kekerasan di jalanan.

Berdiri di samping sejumlah jenazah di halaman rumah sakit Al-Shifa, seorang pemuda Palestina mengangkat tangannya ke langit.

“Tolong, itu sudah cukup, kami tidak tahan lagi!” dia menangis. (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home