Kota Yerevan Bersiap Peringati Seabad Genosida Armenia Oleh Ottoman
ARMENIA, SATUHARAPAN.COM – Ditengah reaksi keras Turki terhadap resolusi Parlemen Eropa dan pernyataan Paus Fransiskus tentang Genosida Armenia oleh Kesultanan Ottoman Turki pada 1915, warga Armenia tengah mempersiapkan peringatan seabad genosida itu.
Peringatan dipusatkan di kota Yerevan, Armenia, pada 23-24 April dan akan dihadiri delegasi dari sejumlah negara. Peringatan itu terkait pembunuhan massal mulai tahun 1915 oleh tentara Kasultanan Ottoman terhadap warga Armenia di wilayah yang sekarang disebut sebagai Turki.
Meskipun banyak negara mengakui itu sebagai genosida, setidaknya sebagai tragedi yang mengerikan, sejauh ini pihak Turki tidak mau mengakui hal itu dan menyebabkan retaknya hubungan Turki dengan Armenia dan juga menjadi hambatan keanggotaan Turki dalam Uni Eropa.
Sebagian besar bangunan di Yerevan, seperti diberitakan situs berita setempat, Armenia Now, dihiasi dengan berbagai pesan tentang peringatan genosida itu. Warga Yerevan memasang poster tentang peringatan 100 tahun Genosida Armenia serta pesan :"forget-me-not", serta simbol Peringatan Seabad Genosida. Stiker dan bunga ini juga dapat dilihat pada banyak mobil di Yerevan pada hari-hari ini.
Tentang fakta peristiwa sejarah yang dimulai tahun 1915 itu, belakangan ini terjadi perubahan yang mendasar, di mana telah banyak yang menyebutkan hal itu sebagai genosida (Genosida Armenia) atau pemusnahan etnis Armenia. Sementara sebelumnya masih ada yang menyebutkan sebagai pembantaian saja.
Selain Britannica, yang merupakan ensiklopedia dunia paling populer dan komprehensif, bulan ini telah terjadi banyak perubahan di mana "pembantaian Armenia" telah disebut sebagai "Genosida Armenia", termasuk oleh Parlemen Eropa.
Baca Juga: Seruan Boikot Undangan Turki
Perhatian Internasional
Ketua Komite Tetap Hubungan Luar Negeri pada Majelis Nasional, Artak Zakaryan. (Foto dari Armenia Now)
Menanggapi pernyataan Paus Fransiskus, resolusi Parlemen Eropa dan penolakan Turki, Sementara itu, ketua Komite Tetap Hubungan Luar Negeri pada Majelis Nasional, Artak Zakaryan, mengatakan bahwa aspek politik dari keputusan parlemen Uni Eropa terkait hukuman dan pengakuan terhadap genosida harus berada di pusat perhatian masyarakat internasional, khususnya dalam agenda politik negara-negara Eropa .
"Keputusan ini juga menyoroti perlunya normalisasi hubungan Armenia-Turki dengan mendesak Turki untuk menghadapi sejarahnya. Langkah-langkah tersebut akan mendorong proses pembukaan perbatasan Armenia-Turki dan pembentukan hubungan diplomatik," kata Zakaryan kepada media, Kamis.
Menurut Zakaryan, peristiwa terbaru memiliki cukup dampak penting pada semua platform internasional dan tidak ada satu negara yang tetap jauh dari diskusi publik tentang pengakuan Genosida Armenia baik dari aspek politik dan sejarah.
"Bahkan mereka parlemen yang telah mengakui Genosida Armenia menegaskan kembali posisi mereka tentang perlunya hukuman dan pencegahan, serta menciptakan kesempatan bagi normalisasi hubungan Armenia-Turki," kata Zakaryan.
Dia menambahkan bahwa makna politik pengakuan Genosida tumbuh dengan efek bola salju dan hasil terbaik dari itu adalah meningkatnya histeria pada Turki.
Zakaryan percaya bahwa pemerintah Turki melihat ancaman besar dalam semua proses ini. "Masalahnya adalah mempengaruhi kebijakan penolakan Turki baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga Turki khawatir bahwa kebijakan penolakan itu akan segera gagal berhenti menjadi kebijakan resmi negara," kata Zakaryan, menambahkan bahwa pernyataan yang disampaikan Paus juga ini telah memiliki dampak global.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...