KPAI Minta Kemdikbud Revisi Buku Penjaskes SMA
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Komisi Perlindungan Anak Indonesia mengharapkan agar buku Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SMA/MA/SMK kelas XI semester 1 terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang memuat materi “Gaya Pacaran yang Sehat" segera direvisi.
"Buku dengan muatan seperti itu tidak memiliki perspektif pendidikan, tidak ada sensitivitas pendidikannya," kata Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Niam Sholeh di Jakarta, Senin (13/10).
Menurut Asrorun, buku materi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) itu seharusnya fokus ke hal-hal dan topik ajar yang sesuai.
"Buku hadir untuk kepentingan bahan ajar dalam pedidikan. Secara sosiologis, topik tentang pacaran tidak berkesuaian dengan hal jasmani dan kesehatan," katanya.
Menurutnya, materi semacam itu bukan terminologi pendidikan, sekaligus tidak mencerminkan semangat pendidikan dan kebudayaan.
Materi "Gaya Pacaran yang Sehat" justru mereduksi semangat pendidikan itu sendiri karena dianggap tidak berisikan materi edukatif.
"Lebih baik mengajarkan tentang pergaulan dan perteman yang sehat, hal itu jauh lebih subtansial dengan pendidikan," kata Asrorun
Sementara itu, Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, mengkritik keras buku Pendidikan Jasmani dan Kesehatan itu yang diterbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Buku yang memuat materi “Gaya Pacaran yang Sehat” itu dinilai meresahkan karena seolah melegalkan pacaran.
“Buku yang tak layak seperti itu seharusnya tidak boleh diedarkan apalagi dikonsumsi oleh pelajar SMA dan mestinya dikaji dulu oleh Tim Kemendikbud. Jangan asal dikeluarkan saja,” kata Sekretaris PC IPNU Majalengka Ilham Lahiyah saat ditemui di Gedung PCNU Cikalong, Sukahaji, Majalengka Senin (13/10) seperti dikutip dari nu.or.id.
Mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Penjaskesrek) Universitas Majalengka ini menambahkan, selain tak terkait dengan pendidikan jasmani dan kesehatan, materi tersebut tak selaras dengan ajaran Islam.
Ia mengaku khawatir dengan pendidikan hari ini. Apalagi, sebelumnya pemerintah melalui Kementerian Agama juga melakukan keteledoran serupa, yakni dengan menyebut para pelaku ziarah dan penganut agama Hindu dan Budha sebagai penyembah berhala.
“Semoga pihak pemerintah ke depan tak membuat kesalahan lagi dalam penyampaian pelajaran dalam buku paket bagi para pelajar dan bisa lebih selektif lagi untuk memberikan buku paket pada para pelajar,” kata dia. (Ant)
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...