"KPK, Kamu Tidak Sendiri" Bisa Ditonton di Youtube
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM -- Ragam gerakan sebagai bentuk dukungan terhadap lembaga antirasuah, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus digulirkan oleh masyarakat. Salah satu bentuk dukungan tersebut adalah film pendek yang berjudul, “KPK, Rika Ora Dewekan” (KPK, Kamu Tidak Sendirian).
Film yang dibuat oleh para aktivis di Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah ini cukup menyorot perhatian publik. Pasalnya, di tengah prahara KPK vs Polri, para aktivis ini justru menyuarakan dukungan terhadap KPK dengan cara menempelkan pamflet di pos-pos polisi di Purbalingga. Kontan saja, aksi para aktivis ini mendapat teguran langsung dari pihak berwajib.
Bowo Leksono adalah salah satu aktivis yang ambil bagian dalam gerakan “KPK, Rika Ora Dewekan”. Ditemui sebelum peluncuran Anti Corruption Film Festival 2015 (ACF Fest 2015) di Gedung Societet, Taman Budaya Yogyakarta (TBY), pada Selasa (17/2), Bowo menjelaskan bahwa gerakan yang digalang oleh para aktivis di Purbalingga tersebut adalah gerakan moral, gerakan pembelajaran kepada masyarakat.
“Selama ini tidak ada daerah yang tidak korupsi. Payahnya, selama ini persoalan korupsi, khususnya di daerah-daerah, hanya jadi konsumsi pihak-pihak tertentu saja, dalam hal ini adalah kejaksaan dan kepolisian. Permasalahannya apakah kedua lembaga itu sudah benar menanganinya? Nah, di sinilah masyarakat sendiri mesti yang memantau,” ujar Bowo.
Menurut Bowo, apa yang dilakukan oleh para aktivis di Purbalingga tersebut merupakan salah satu cara untuk memantik kesadaran masyarakat bahwa kita punya musuh bersama bernama korupsi. Bowo berharap, bahwa gerakan tersebut dapat memantik kesadaran masyarakat untuk bersama-sama mau dan mampu kritis dalam upaya pemberantasan korupsi.
“Setidaknya masyarakat sudah mengerti bahwa apa yang kami lakukan ini ada sesuatu yang dilawan, ada musuh bersama. Jadi jika suatu waktu ada penanganan kasus korupsi yang lambat atau tidak benar, masyarakat bisa bersatu untuk menggerakkan sikap kritis,” jelas Bowo.
Bowo memilih untuk turun langsung ke jalan dengan cara menempelkan pamflet karena menurutnya, gerakan antikorupsi tidak cukup sebatas hanya di media sosial semata. Menurut Bowo, banyak masyarakat di Purbalingga yang tidak bisa mengakses media sosial.
“Kemarin ketika ramai masalah KPK vs Polri, kenapa kita ramai-ramai hanya di media sosial? Kita ingin masyarakat umum yang tidak bisa mengakses media sosial itu juga bisa mengerti. Caranya, kita turun ke jalan membuat film dengan teman-teman street art. Kita mengawali dulu sebisanya. Kita setting pamflet, membuat tulisan, terus ditempelkan di jantungnya, yaitu kepolisian (pos polisi),” jelas Bowo.
Aksi yang dilakukan oleh Bowo dan para aktivis di Purbalingga tersebut cukup unik sehingga mampu menarik perhatian masyarakat. Aksi yang direkam dalam bentuk video tersebut telah diunggah di youtube dengan tajuk, “KPK Rika Ora Dewekan”.
Editor : Eben Ezer Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...