Kronologi Longsor Ponorogo
PONOROGO, SATUHARAPAN.COM - Sekitar 200 orang lebih warga terdampak longsor di dua dusun, Desa Banaran, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur diungsikan ke pemukiman penduduk yang berada di zona aman sementara proses evakuasi dilakukan.
"Sebagian mengungsi di tenda-tenda darurat, rumah penduduk serta rumah ibadah atau sekolah yang bisa menjadi penampungan sementara," kata Kepala Desa Banaran Sarnu dikonfirmasi oleh Antaranews di sela proses evakuasi, Sabtu.
Peristiwa tanah longsor terjadi sekitar pukul 08.00 WIB, saat sebagian warga beraktivitas panen jahe dan sebagian lain di dalam rumah.
Material longsoran, kata dia, memanjang dari bukit sekitar 800 meter, dan tinggi sekitar 20 meter, kemudian 23 rumah terdampak ada yang tertimbun, rusak berat dan sebagian rusak.
Kronologi kejadian ditandai oleh bunyi gemuruh pada pukul 07.30 WIB hingga membuat sebagian masyarakat menyelamatkan diri ke tempat lebih aman.
Menurut penjelasan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, pada pukul 08.00 WIB bencana longsor terjadi disertai dengan suara gemuruh menerjang 2 RT (RT 02-03/RW 01) yang terdiri dari 23 rumah penduduk dan ladang masyarakat dengan jumlah jiwa sekitar 50 orang.
Sebagian masyarakat berhasil menyelamatkan diri, namun 17 orang luka-luka dan dirawat di Puskesmas Pulung.
Menurut keterangan warga dan BPBD Ponorogo hingga pukul 18.00 WIB, masih ada 27 warga (bukan 26 orang) yang hilang tertimbun material longsor.
"Tanda-tanda longsor sudah diketahui masyarakat sejak 20 hari yang lalu. Hujan deras menyebabkan munculnya retakan-retakan di perbukitan," kata Kades Sarnu.
Kendati tidak semua penduduk diungsikan, Sarnu memastikan area terdampak longsor di Dusun Tangkil dan Krajan sementara disterilkan dari segala aktivitas warga kecuali untuk kepentingan evakuasi.
"Empat RT yang terdampak memang tidak semua diungsikan, petugas saat ini terus melakukan pemantauan di lapangan sambil mengantisipasi longsor susulan," ucapnya.
Pantauan di lokasi bencana, warga tampak ditampung di sejumlah rumah-rumah penduduk yang berada di zona aman dari potensi longsor, hingga radius dua kilometer.
Di rumah Kades Sarnu, salah satunya, sejumlah warga terlihat beristirahat dan sebagian duduk menunggu di ruang tengah dan emperan rumah yang telah diberi alas tikar/karpet untuk menginap.
Petugas kesehatan juga tampak memberi pertolongan pada seorang warga yang jatuh pingsan diduga akibat syok begitu mengetahui kampung tempat tinggalnya tertimbun longsor dan mengubur sejumlah warga, termasuk anggota keluarganya.
"Anak ini syok karena diberitahu bapak-ibunya ikut hilang, mungkin tertimbun longsor. Sebenarnya keluarga dia selamat. Informasinya yang tidak pas, sehingga dia kaget," ungkapnya.
Dua pengungsi yang ikut menyaksikan detik-detik longsor dan beberapa keluarganya hilang mengaku masih trauma dengan peristiwa yang barusan dialaminya.
"Sempat terdengar ledakan gemuruh seperti suara pesawat saat longsor terjadi," ujar Ismiatun, salah seorang korban selamat.
Sementara, Badan Nasional Penanggulangan Bencana menghentikan sementara pencarian korban bencana tanah longsor yang terjadi di Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Sabtu.
Menurut penjelasan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui siaran pers-nya, penghentian pencarian dilakukan terhitung pukul 16.00 WIB, karena kondisi cuaca hujan dan medan yang labil.
Menurut informasi terakhir, Tim SAR gabungan menemukan satu korban meninggal dunia dari 27 korban yang dinyatakan hilang.
"Tim SAR gabungan berhasil menemukan 1 korban jiwa dalam kondisi meninggal dunia. Diperkirakan 26 orang masih tertimbun longsor," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho. (Antaranews)
Editor : Eben E. Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...