KTM WTO: India Bertahan dengan Masalah Ketahanan Pangan
BALI, SATUHARAPAN.COM - India masih bertahan dengan posisisnya dan belum menyetujui terkait penerapan solusi interim stok ketahanan pangan, dalam konferensi tingkat menteri (KTM) Organsisasi Perdagangan Dunia (WTO, di Bali, Rabu (4/12).
Negosiasi dalam pertemuan ke-9 WTO belum mampu mencapai kesepakatan dan menghasilkan Paket Bali, dan ada beberapa poin yang harus disepakati.
"Hampir semua delegasi sudah beranggapan bahwa kita sudah sangat dekat untuk mencapai kesepakatan. Terlalu mahal jika harus sampai gagal. Itu yang kita coba yakinkan kepada seluruh anggota," kata Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi dalam jumpa pers, di Nusa Dua, Bali, Rabu (4/12) seperti dikutip Antara.
Bayu mengatakan, saat ini posisi negosiasi telah mengalami perkembangan yang lebih cenderung adanya keinginan untuk menyelesaikan Paket Bali tersebut. Namun, posisi India masih bertahan dan belum menyetujui terkait dengan penerapan solusi interim stok ketahanan pangan.
Dalam negosiasi terkai dengan solusi interim tersebut, negara maju menyetujui usulan negara berkembang untuk memberikan subsidi lebih dari 10 persen dari output nasional, namun juga memberikan jangka waktu terhadap pemberian subsidi tersebut.
Jangka waktu yang diberikan selama empat tahun tersebut tidak diterima oleh India yang menginginkan adanya solusi permanen dari hal tersebut.
"Tinggal sedikit lagi, jangan mencoba untuk membongkar paketnya karena akan menimbulkan masalah yang lebih luas. Kita harus fokus terhadap hal-hal yang belum diselesaikan," kata Bayu.
Ingin Ada Hasil
Menurut Bayu, berdasarkan pidato-pidato yang dibacakan oleh menteri-menteri dari negara anggota WTO, dia meyakini bahwa negara lain juga menginginkan adanya hasil dalam Konferensi Tingkat Menteri ke-9 itu.
"Semua mengindikasikan bahwa ingin ada hasil dari Bali. Dan saya kira tidak ada hasil bukan merupakan pilihan yang akan dibawa oleh anggota WTO," kata Bayu.
Bayu mengatakan, pihaknya juga telah mengajak delegasi secara keseluruhan termasuk India untuk tidak lagi berbicara pada level ideologi atau kebijakan saja, akan tetapi justru harus ke pembicaraan ke arah lebih riil.
Menurut Bayu, anggota-anggota WTO juga diajak untuk mengembalikan kepercayaan bahwa sesungguhnya mereka masih mampu untuk melakukan negosiasi dan menghasilkan kesepakatan yang penting.
"Sebagai contoh, dalam dua bulan seperti negosiasi bisa menghasilkan banyak hal seperti itu, bagaimana dengan dua tahun, apalagi lima tahun," kata Bayu.
Sebagai tuan tumah, lanjut Bayu, Indonesia terbuka untuk kemungkinan-kemungkinan solusi yang baru, namun akan sangat sulit diterima jika sama sekali tidak mau menerima usulan apapun atau tidak bergerak sama sekali.
Dalam Konferensi Tingkat Menteri World Trade Organization ke-9 tersebut, Indonesia mengharapkan Paket Bali dapat disepakati, dalam paket tersebut berisikan Trade Facilitation, Agriculture, dan LDCs.
Banjarmasin Gelar Festival Budaya Minangkabau
BANJARMASIN, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan memberikan dukungan p...