Kucai Berkhasiat Penurun Darah Tinggi
SATUHARAPAN.COM – Kucai, sering digunakan masyarakat Tiongkok sebagai campuran dalam masakan seperti bubur atau tim ayam, atau masakan lain. Dalam budaya boga Tiongkok dan Jepang, kucai, yang namanya berasal dari bahasa Hokkian "ku-chhai", merupakan bahan campuran isi jiaozi (gyoza).
Daun kucai digunakan seperti bawang atau makanan penyedap rempah-rempah. Aroma kucai lebih dekat ke bawang putih daripada daun bawang. Kini, masyarakat Indonesia sudah mengenal kucai dan banyak masakan Indonesia yang menggunakan kucai, baik sebagai bumbu maupun olahan campuran, seperti pada masakan tumis, mi goreng, bahkan nasi lengko, masakan khas Kota Cirebon.
Alkhamudi SSI Apt, Kepala Seksi Perbekalan Farmasi Bidang Penunjang dan Sarana RS Kariadi Semarang, seperti dikutip dari tabloidcempaka.com, mengatakan dalam 100 gram kucai terkandung energi lebih dari 40 kkal. Selain itu, sebagai sayuran, kucai sangat kaya serat pangan (dietary fiber), vitamin, dan mineral. Selain itu kucai mengandung vitamin B dan C, karotin, dan komponen belerang.
Tim peneliti dari Sekolah Tinggi Farmasi Institut Teknologi Bandung, seperti dikutip dari bahan-alam.fa.itb.ac.id, meneliti kucai, dan membuktikan kucai memiliki khasiat antihipertensi. Dari ekstrak 240 daun kucai dapat menurunkan tekanan darah sistolik hingga 28,67 mmHg dan tekanan darah diastolik hingga 4,64 mmHg.
Khasiat antihipertensi itu dikarenakan kucai mengandung senyawa tetrametiloksamida dan ester 17-etadekadesenil. Efek antihipertensi ekstrak kucai sebanding dengan atenolol dosis 25 mg. Atenolol adalah zat penurun hipertensi yang kerap menjadi resep dokter.
Tanaman kucai, seperti dikutip dari Wikipedia, adalah tanaman umbi-umbian, tinggi 30 sampai 50 cm. Umbi ramping berbentuk kerucut dengan panjang 2-3 cm dan lebar 1 cm, dan tumbuh dalam rumpun yang padat. Daun berbentuk tabung hampa, panjang hingga 50 cm, dan berdiameter 2-3 mm, dengan tekstur yang lembut, meskipun sebelum munculnya bunga dari daun, akan terlihat lebih keras dari biasanya.
Bunga-bunga berwarna pucat ungu, berbentuk bintang dengan enam kelopak bunga, lebar 1-2 cm, dan diproduksi dalam bunga yang banyak, sekitar 10-30 bunga. Sebelum membuka, bunga dikelilingi oleh daun pelindung tipis. Benih-benih diproduksi di sebuah kapsul pada tiga tangkai kecil, biasanya benih matang di musim panas.
Kucai dalam bahasa Inggris disebut garlic chives. Karena banyak digunakan pada makanan yang terpengaruh budaya Tiongkok, kucai juga dikenal dengan nama chinese chives. Dalam bahasa Jerman disebut knoblauch-schnittlauch. Bunga kucai juga dapat digunakan sebagai rempah penyedap.
Kucai merupakan spesies bawang-bawangan terkecil dari famili Alliaceae, tumbuhan asli di Eropa, Asia, dan Amerika Utara.
Kucai memiliki nama ilmiah Allium tuberosum, Rottler ex Spreng, atau Allium ramosus. Bawang kucai atau daun kucai Cina ini disebut nian hua, nian hua jiu cai, nin fa kau ts'oi di Hong Kong. Dalam bahasa Jerman, selain disebut knoblauch-schnittlauch, juga disebut nausdauernder lauch, schnittporree. Nama lain adalah maroi-nakuppi (India), luk dushistyi (Rusia), dia, rau dia (Vietnam).
Manfaat Herbal Kucai
Penelitian yang dilakukan Dr Irda Fidrianny MSi dari Departemen Farmasi Institut Teknologi Bandung membuktikan ekstrak daun kucai memiliki efek antihipertensi yang cukup nyata. Kucai juga dipercaya mempunyai efek untuk membantu mengurangi kadar kolesterol darah. Hal tersebut disebabkan pada kucai terdapat berbagai komponen sulfur.
Komponen tersebut juga banyak terdapat pada bawang putih dan daun bawang, namun dalam jumlah yang lebih rendah. Itulah sebabnya kucai memiliki aroma seperti bawang putih dan daun bawang, hanya saja lebih terasa ringan dan lembut.
Penelitian yang dilakukan tim peneliti dari Department of Nutrition Universitas Pennsylvania juga menunjukan komponen sulfur yang banyak terdapat pada kucai seperti diallyl sulfide, pada konsentrasi yang rendah dapat menurunkan kolesterol darah hingga 10-15 persen.
Sedangkan hasil penelitian Chan Kung Chi dari Universitas Providence Taiwan, serta tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Chungshan Taiwan, menunjukan, bahwa kucai berfungsi sebagai antioksidan. Banyaknya komponen diallyl sulfide dalam kucai mampu mencegah oksidasi platelet di dalam darah, sehingga berfungsi antioksidan.
Menurut Tomofumi Manabe dan tim dari Universitas Chiba Jepang, kucai mengandung zat aliin yang bisa digunakan sebagai antibiotika. Aliin sangat penting bagi tubuh karena bisa menghasilkan antioksidan. Selain itu, dalam kucai terdapat thiosulfinates yang dapat digunakan untuk melawan sel kanker prostat.
Sebuah penelitian yang dilaporkan Jun Shao dan tim dalam The Journal of Alternative and Complementary Medicine (2001) menunjukkan konsumsi 2,5 hingga 12,5 mg kucai per hari dapat mengurangi risiko kanker paru-paru hingga 40 persen. Selain itu, kucai juga mengandung fibrin yang berperan penting untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan, mencegah sembelit, dan membantu mengurangi risiko kanker.
Minyak kucai bersifat antimikroba dan antiseptik karena mampu menghambat bakteri patogen (penyebab penyakit) seperti Staphylococcus aureus, Candida spp, dan Aspergillus spp.
Menurut Mi Jeong Kim dan im dari Universitas Korea, kucai mengandung ferulic acid, yaitu komponen antioksidan yang dapat menetralkan radikal bebas penyebab kerusakan sel. Penelitian Universitas Annamalai di India menunjukkan ferulic acid dapat mengurangi kadar gula dan lemak darah. Percobaan pada tikus menunjukan ferulic acid juga dapat menurunkan kolesterol jahat (LDL) dan meningkatkan kolesterol baik (HDL).
Editor : Sotyati
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...