Loading...
DUNIA
Penulis: Prasasta 10:20 WIB | Kamis, 23 Mei 2013

Kunjungan Ban Ki Moon Ke Kongo Diwarnai Pertumpahan Darah

Warga Kongo mengungsi akibat konflik. (Foto dari bbc.co.uk)

KINSASHA – Pertempuran terjadi tiga hari berturut-turut hingga hari Rabu (22/5) antara tentara Kongo dan pemberontak dekat kota Goma. Hal itu setidaknya memberi sinyal peringatan berhati-hati bagi Sekertaris Jenderal Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon yang justru pada hari Rabu (22/5) memulai kunjungannya ke Kongo

Warga yang tinggal di pengungsian telah melarikan diri sejak Senin (20/5) ketika pemerintah mengatakan 19 orang tewas dalam pertempuran antara pemberontak dan pasukan M23 dekat Goma.

Kedatangan Ban Ki Moon sebagai bagian dari tur yang membawanya ke Goma, daerah di sebelah timur negara Republik Demokratik Kongo yang kaya akan mineral, dan senantiasa menjadi titik awal pecahnya pertempuran dan konflik regional.

Ban Ki-moon mengatakan pada hari Selasa (21/5) dalam kunjungannya ke Mozambik bahwa pasukan PBB harus segera datang mengingat kerusuhan ini terjadi hanya dalam tiga bulan setelah kesepakatan perdamaian yang dimediasi PBB ditandatangani oleh para pemimpin regional Afrika.

 “Melihat keadaan sudah parah, saya pikir kita harus mempercepat penyebaran pasukan, sehingga Pasukan PBB dapat segera bertanggung jawab atas tindakan-tindakan ini,” kata Ban. Pasukan yang dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB pada bulan Maret 2013 silam untuk pertama kalinya bertindak ofensif dan “galak” sebagai brigade perdamaian.

Ban mengunjungi Goma, karena setahun silam pecah pemberontakan di M23 oleh pemberontak dan pasukan pendudukan dalam waktu singkat. Ban akan ada di Goma hingga Kamis (24/5).

Sumber terpercaya PBB mengatakan bahwa tidak ada alasan bagi Ban membatalkan perjalanannya ke Goma walau terjadi kerusuhan mematikan yang hampir seminggu setelah pasukan pertama PBB tiba di wilayah timur negara itu, suatu wilayah konflik selama hampir dua dekade.

Kelompok M23 adalah milisi etnis Tutsi yang bersumpah akan membalas serangan PBB, apalagi Dewan Keamanan PBB menyetujui pembentukan pasukan gabungan Tentara Tanzania, Malawi dan Afrika Selatan yang dibebani target melumpuhkan pemberontak. Saat ini kedua belah pihak saling menyalahkan karena pecahnya pertempuran akibat terputusnya komitmen perdamaian yang pertama kali dibuat pada bulan Desember 2012 di Kampala.

Ban juga dijadwalkan mengunjungi Rwanda dan Uganda yang telah dituduh Kinsasha dan PBB sebagai rekanan M23. Salah seorang juru bicara M23 mengatakan bahwa mereka telah diserang pasukan PBB Rabu Pagi (22/5).

 “FARDC (Tentara Kongo) telah menyerang kami sejak pukul 6 pagi dengan mortir, tank dan peluncur roket di Mutaho,” kata seorang juru bicara M23 Vianney Kazarama.

Kolonel Olivier Hamuli yang bertindak sebagai juru bicara militer Provinsi Kiyu Utara membantah pasukan pemerintahlah yang memulai pertempuran. “Mereka yang memulai, karena mereka ingin merebut daerah Mutaho dengan cara apapun. Kami berjuang untuk mempertahankan posisi kami, walau sejauh ini kami sudah rugi,” ujar Hamuli.

Hamuli menuduh pemberontak sengaja meluncurkan bom ke arah penduduk dan menggunakan mortir peluncur jarak jauh hingga ke kamp pengungsian di Mugunga di sebelah barat Goma. Juru bicara pemerintah, Lambert Mende, mengatakan kepada wartawan bahwa bentrokan hari Senin telah menewaskan 15 pemberontak dan empat tentara tewas. Sementara pemberontak menyebutkan  dua tentara pemerintah tewas.

Dalam kunjungannya ke Afrika, Ban bersama dengan Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim, utusan penjaga Perdamaian PBB, Herve Ladsous, dan Mary Robinson, utusan khusus PBB untuk konflik wilayah Danau Besar.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home