Kurang Peralatan Perlindungan, Dokter dan Paramedis di Pakistan Protes
30 Pemrotes ditangkap, dan dokter mengancam mogok kerja jika mereka tidak dibebaskan.
ISLAMABAD, SATUHARAPAN.COM-Dokter dan staf medis di Provinsi Balochistan, Pakistan hari Senin (6/4) menggelar protes tentang kekurangan peralatan untuk melindungi mereka dari virus corona baru (COVID-19). Mereka mengatakan pemerintah gagal memberikan pasokan peralatan yang dijanjikan.
Polisi anti huru hara yang menggunakan pentungan dan kekerasan membubarkan protes yang dilakukan ratusan dokter dan paramdis. Seorang pejabat senior kepolisian mengatakan 30 pengunjuk rasa telah ditangkap atas tuduhan menentang larangan pertemuan publik yang diberlakukan.
Para dokter mengancam akan berhenti bekerja, kecuali demonstran yang ditahan dibebaskan.
Pakistan telah melaporkan total 3.277 kasus terinfeksi virus corona yang dikonfirmasi, termasuk 50 pasien meninggal. Setidaknya 191 kasus itu berada di Provinsi Balochistan yang sangat terbelakang, di mana Quetta adalah ibu kotanya.
Dr Abdul Rahim, juru bicara asosiasi dokter yang memimpin protes, mengatakan kepada wartawan setelah insiden itu bahwa petugas medis berada dalam risiko keselamatan karena kegagalan memasok mereka dengan peralatan yang diperlukan.
"Selusin dokter telah terinfeksi, sementara staf medis lainnya juga menderita," katanya. Dia menambahkan bahwa sejumlah dokter dan paramedis terluka oleh pukulan tongkat polisi dalam aksi prots tersebut.
Risiko Tertular
Dokter di ibu kota Pakistan, Islamabad, bulan lalu juga mengancam akan memboikot tugas jika tidak disediakan alat pelindung, yang kekurangan pasokan. Otoritas manajemen bencana negara itu mengatakan sedang mengimpor.
Seorang juru bicara pemerintah provinsi mengatakan bahwa rumah sakit di Quetta yang berurusan dengan pasien virus corona telah menyediakan alat pelindung, dan petugas medis yang protes bukan mereka yang melawan virus.
"Para dokter yang memprotes tidak merawat pasien virus corona; kami tidak mengerti alasan mereka melakukan protes," kata juru bicara pemerintah Balochistan, Liquat Shahwani.
Para dokter mengatakan mereka berurusan dengan ratusan pasien yang berkunjung setiap hari yang dapat terinfeksi, tetapi tidak menyadari dan belum dirujuk ke rumah sakit dan pusat yang berurusan dengan pandemi virus corona. Pekerja medis yang sejauh ini telah terinfeksi tidak semuanya bekerja di pusat-pusat semacam itu.
Amnesty Internasional di Asia Selatan mengecam penangkapan itu dalam sebuah pernyataan di akun Twitter, dan menyebutnya hal itu sebagai serangan terhadap hak dokter untuk protes secara damai dan penghinaan terhadap risiko yang mereka hadapi. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...