Kurdi Kirim Sampel Senjata Kimia ke Laboratorium Uni Eropa
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM - Pihak berwenang Kurdi Irak mengatakan pada hari Sabtu (14/3) bahwa mereka telah mengirim sampel ke laboratorium bersertifikat di Uni Eropa untuk mengecek digunakannya gas klorin oleh militan ISIS.
Pihak Kurdi menyebutkan memiliki bukti yang menunjukkan ISIS telah menggunakan gas klorin sebagai senjata kimia dalam serangan pada pejuang Peshmerga di Irak utara pada bulan Januari. Sebelumnya senjata kimia digunakan oleh Suriah dalam perang saudara. Tekanan internasional telah mendorong negara itu untuk memusnahkan seluruh persediaan senjata kimia melalui misi OPCW.
Dewan Keamanan wilayah semi otonom Kurdi Irak mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada kantor berita Reuters bahwa Peshmerga telah mengambil tanah dan sampel pakaian setelah militan Islamic State of Iraq and Syria / ISIS) menyerang dengan bom mobil pada pada 23 Januari.
Dikatakan bahwa analisis laboratorium menunjukkan "sampel mengandung kadar klorin yang menandai bahwa zat itu digunakan dalam bentuk dan skala senjata."
Klorin adalah agen kimia yang digunakan sebagai senjata pada Perang Dunia Pertama. Hal ini dilarang dengan Konvensi PBB tentang Senjata Kimia pada tahun 1997 yang melarang semua penggunaan agen beracun itu di medan perang.
Peter Sawczak, juru bicara Organization for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW), oraganisasi yang berbasis di Belanda untuk pelarangan senjata kimia, mengatakan, "Kami belum mendapat permintaan dari Irak untuk menyelidiki klaim penggunaan senjata kimia di Irak, dan OPCW tidak dapat segera memverifikasi klaim itu."
Klorin telah digunakan secara "sistematis" dalam perang saudara di negara tetangga Irak, Suriah. Sebuah misi pencari fakta OPCW menemukan senjata itu pada tahun lalu. OPCW harus mendapatkan sampel sendiri untuk mengkonfirmasi penggunaan senjata kimia.
Analisis Laboratorium
Pernyataan Kurdi itu mengatakan serangan bom mobil terjadi di jalan raya antara Mosul dan perbatasan Suriah. Sebuah sumber keamanan Kurdi mengatakan bahwa Peshmerga menembakkan roket ke arah mobil yang membawa bom sehingga tidak ada korban, kecuali pelaku bom bunuh diri.
Namun sekitar selusin pejuang Peshmerga mengalami gejala mual, muntah, pusing atau kelemahan, kata sumber itu.
Pernyataan itu mengatakan analisis telah dilakukan di laboratorium bersertifikat di Uni Eropa setelah tanah dan sampel dikirim oleh Pemerintah Daerah Kurdi kepada mitra dalam koalisi internasional memerangi militan ISIS.
Sumber itu menggambarkan sampel itu sebagai "sisa-sisa bom bunuh diri", tetapi menolak untuk mengidentifikasi laboratorium.
Pihak Amerika Serikat mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya belum bisa mengkonfirmasi tuduhan itu, tapi mereka merasa "sangat terganggu" dan memantau situasi dengan "sangat ketat."
Seorang pejabat pertahanan AS mengatakan bahwa penggunaan klorin sebagai senjata adalah tanda kemungkinan "meningkatnya putus asa karena tekanan oleh kekuatan udara koalisi dan pasukan darat Irak."
Irak Kurdi adalah korban dari serangan kimia mematikan zaman modern saat angkatan udara Saddam Hussein membom kota Halabja pada tahun 1988, dengan gas klorin. Setidaknya 5.000 orang meninggal
Ahli Senjata Kimia Sadham
Sebelumnya, Komando Sentral AS mengatakan pada 30 Januari bahwa seorang ahli senjata kimia ISIS meninggal dalam serangan udara di dekat Mosul atau sehari setelah bom mobil yang disebutkan dalam pernyataan Kurdi Irak hari Sabtu itu.
Abu Malik adalah ahli senjata kimia selama pemerintahan Saddam Hussein dan kemudian berafiliasi dengan Al-Qaeda di Irak pada tahun 2005, menurut Komando Pusat pada saat itu. Ketika dia bergabung dengan ISIS, dia memberi kekuatan kelompok itu dengan kemampuan senjata kimia, tambahnya.
Malcolm Dando, profesor keamanan internasional di University of Bradford, dan ahli perang biologi dan kimia, mengatakan bahwa klorin adalah gas yang mudah diperoleh. "Ini banyak digunakan, Anda hanya perlu google tentang penggunaan dan industri klorin, itu secara luas digunakan dalam industri," katanya kepada Reuters.
Para diplomat Barat di Den Haag, di mana OPCW berkantor, telah lama dikhawatirkan ISIS mendapatkan senjata kimia. Hal ini tidak mudah untuk membuat senjata tersebut dan ISIS mencoba untuk merekrut ahli ketika mengambil alih Mosul tahun lalu, sumber-sumber diplomatik mengatakan. Namun belum diyakini mereka telah berhasil.
Pihak berwenang Kurdi mengatakan dalam pernyataan mereka bahwa mereka telah "lama menduga bahwa pejuang ISIS telah menggunakan bahan kimia" dan mengutip rekaman video dari pertempuran baru-baru ini di sekitar kota Tikrit antara militan dan pasukan Irak dan milisi Syiah di mana terlihat "asap oranye".
Reuters juga mengirim e-mail rekaman video dan foto-foto apa yang Dewan Keamanan Kurdi diidentifikasi sebagai gambar dari serangaan 23 Januari. Di antara foto-foto itu menunjukkan beberapa tabung tergeletak di tanah. Dewan mengatakan hal itu ditemukan di situs tersebut dan berisi klorin. (Christian Today)
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...