Kurs Rupiah terhadap Dolar AS, Jumat Pagi Stagnan di Posisi Rp 12.205
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Jumat (20/12) pagi belum bergerak nilainya atau stagnan di posisi Rp 12.205 per dolar AS. IHSG dibuka turun 3,19 poin.
“Rupiah cenderung masih stabil pascarapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang memberi sinyal pemangkasan stimulus keuangan (tapering off) pada Januari 2014,“ kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Jumat.
Namun, lanjut dia, mata uang Asia yang cenderung berada di area negatif setelah merespons hasil rapat FOMC tersebut dapat membawa sentimen negatif bagi nilai tukar domestik. Di sisi lain, pelaku pasar juga sedang bersikap wait and see menjelang pertemuan Uni Eropa.
“Spekulasi dan volatilitas masih potensial terjadi sebab pasar menunggu dampak pemangkasan stimulus yang dilakukan bank sentral Amerika Serikat (AS),” katanya.
Sementara itu, analis pasar uang Bank Mandiri, Reny Eka Putri mengatakan bahwa kebijakan bank sentral AS (The Fed) diharapkan bisa mereduksi tekanan rupiah dan dana asing keluar (capital out flow).
“Pergerakan mata uang rupiah cenderung terbatas, karena sudah adanya kejelasan dari eksternal terkait tapering off the Fed. Ini diharapkan membawa sentimen positif. Untuk jangka pendek, rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp 11.700-Rp 12.000 per dolar AS,” ujarnya.
Meski demikian, lanjut Renny, pelaku pasar juga diharapkan mencermati kondisi internal terkait masih defisitnya neraca transaksi berjalan Indonesia.
IHSG Dibuka Turun
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jumat dibuka turun 3,19 poin atau 0,08 persen menjadi 4.228,79, sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 1,10 poin (0,16 persen) ke level 704,34 mengikuti bursa saham di Asia mengantisipasi pertemuan bank sentral Jepang.
“Bursa Asia, termasuk indeks BEI pagi ini cenderung mendatar dengan kecenderungan melemah seiring pasar yang sedang mengambil posisi wait and see, mengantisipasi pertemuan bank sentral Jepang,” kata analis Samuel Sekuritas, Benedictus Agung di Jakarta, Jumat.
Ia menambahkan eforia di pasar saham terkait tapering off The Fed sepertinya juga mulai terkikis setelah penguatan cukup signifikan pada hari sebelumnya (Kamis, 18/12).
Di sisi lain, lanjut dia, pasar masih akan mengantisipasi pergerakan rupiah yang jika masih terus melemah, akan menjadi sentimen negatif bagi IHSG.
Sementara itu, Tim Analis Teknikal Mandiri Sekuritas dalam kajiannya mengemukakan bahwa eforia penundaan pengurangan stimulus AS oleh The Fed diperkirakan masih membawa sentimen positif bagi pergerakan indeks BEI meskipun diperkirakan terbatas.
“Penguatan indeks BEI dapat tertahan menyusul nilai tukar rupiah yang masih tertekan terhadap dolar AS,” katanya.
Meski demikian, lanjut dia, secara teknis IHSG masih berpotensi untuk bergerak naik di kisaran 4.208-4.257 poin.
Bursa regional, di antaranya indeks Hang Seng melemah 36,01 poin (0,16 persen) ke level 22.852,74, indeks Nikkei-225 turun 70,98 poin (0,45 persen) ke level 15.788,94 dan Straits Times menguat 5,51 poin (0,20 persen) ke posisi 3.076,38. (Ant)
Rusia Hadapi Masalah Ekonomi Yang Berat di Tengah Perang Ukr...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Inflasi yang membandel, biaya pinjaman yang selangit, risiko kebangkrutan, d...