Kuwait Ringkus Pelaku Bom Masjid Syiah
KUWAIT, SATUHARAPAN.COM – Kuwait pada Minggu telah mengidentifikasi pembom bunuh diri di balik serangan terhadap sebuah masjid Syiah adalah warga Saudi, setelah serangkaian penangkapan sehubungan dengan ledakan yang menewaskan 26 orang.
Serangan pada Jumat (26/6) melukai 227 jemaah dalam pemboman pertama sebuah masjid di negara Teluk kecil dan aparat keamanan Kuwait telah bersumpah untuk menangkap dan menghukum mereka yang bertanggung jawab.
Kelompok afiliasi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Arab mengklaim bertanggung jawab atas pemboman itu dan mengidentifikasi pelaku sebagai Abu Suleiman al-Muwahhid.
Kementerian Dalam Negeri Kuwait memberi nama sebenarnya dari pelaku sebagai Fahd Suleiman Abdulmohsen al-Qaba'a, dalam pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita resmi KUNA.
Dikatakan bahwa ia memasuki negara tersebut melalui Bandara Kuwait saat fajar pada hari yang sama ketika pengeboman itu terjadi.
Dalam sebuah foto, terlihat Qaba'a dengan janggutnya dan mengenakan hiasan kepala tradisional Arab.
Sebelumnya pada Minggu (28/6), Kementerian mengatakan petugas keamanan telah menangkap pengemudi mobil yang membawa pelaku bom ke masjid Al-Imam Al-Shadiq di Kuwait City.
Dia bernama Abdulrahman Sabah Eidan Saud dan diidentifikasi sebagai "penduduk ilegal" yang lahir pada tahun 1989.
Pihak berwenang pada Sabtu (27/6) menangkap pemilik mobil, Jarrah Nimr Mejbil Ghazi, lahir pada tahun 1988, dan juga tercatat sebagai orang tanpa kewarganegaraan.
Kuwait juga telah menahan pemilik rumah tempat pembom tinggal. Dia digambarkan oleh kementerian dalam negeri sebagai warga Kuwait yang menganut "ideologi ekstrem dan menyimpang".
"Penduduk ilegal" adalah istilah resmi yang digunakan di Kuwait untuk menggambarkan orang tanpa kewarganegaraan, yang dikenal sebagai bidoons, yang jumlahnya sekitar 110.000 dan mengklaim hak untuk kewarganegaraan Kuwait.
Diduga, algojo ISIS Mohammed Emwazi, yang dikenal oleh media sebagai "Jihad John", lahir di Kuwait untuk keluarga yang tidak memiliki kewarganegaraan asal Irak yang kemudian pindah ke London.
Media setempat mengatakan 18 orang yang tewas adalah dari Kuwait, tiga warga Iran, dua orang India, masing-masing dari Pakistan dan Arab Saudi dan satu bidoon.
Terobosan dalam penyelidikan pemboman terjadi sehari setelah ribuan warga Kuwait rela berada di bawah terik panas pada Sabtu (27/6) untuk menghadiri pemakaman 18 korban.
Pelayat dalam jumlah besar hadir untuk pemakaman meskipun siang hari puasa Ramadhan dan dengan suhu mencapai 45 derajat Celsius (113 Fahrenheit).
"Kerumunan ini adalah bukti bahwa tujuan dari tindak pidana telah gagal," kata ketua parlemen Marzouk al-Ghanem wartawan.
Pelayat, termasuk perempuan mengenakan pakaian Islami berwarna hitam, membawa bendera Kuwait dan spanduk hitam dan hijau yang bertuliskan slogan religius.
Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa 40 orang yang terluka masih dirawat di rumah sakit. (gulf-times.com)
Editor : Eben Ezer Siadari
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...