Kuwait Tahan Warganya Yang Diduga Danai NIIS
KUWAIT, SATUHARAPAN.COM - Kuwait telah menahan seorang ulama Muslim Sunni terkemuka karena diduga menyalurkan dana bagi militan Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS), kata pengacaranya, hari Senin (18/8).
Penahanan terhadap Shafi Al-Ajmi itu dilakukan kurang dari dua pekan setelah Amerika Serikat memasukkan dia dalam daftar orang yang dikenai sanksi karena diduga menyalurkan uang kepada militan di Irak dan Suriah.
Shafi al-Ajmi ditahan di perbatasan Kuwait dan Arab Saudi pada hari Minggu (17/8) ketika dia kembali dari ziarah. "Dia di (berada) kompleks keamanan negara," kata pengacaranya, Mohammed Al-Jumia, kepada Reuters melalui telepon, seperti dikutip situs berita Al Ahram. "Sejauh ini, belum ada tuduhan,” kata dia.
Seorang juru bicara Kementerian Dalam Negeri Kuwait belum bisa dihubungi untuk memberikan komentar.
Al Ahram menyebutkan bahwa beberapa aktivis Islam di wilayah Teluk telah mengeksploitasi dukungan pemerintah mereka bagi pemberontakan terhadap Presiden Suriah, Bashar al-Assad dengan menyalurkan jutaan dolar dana bagi militan.
Kuwait adalah salah satu donor terbesar bagi program kemanusiaan untuk pengungsi Suriah melalui PBB, tetapi juga berjuang untuk penggalangan dana tidak resmi bagi kelompok oposisi di Suriah yang dilakukan perorangan.
Pemerintah AS, sekutu negara-negara Teluk Arab, telah meningkatkan pengawasan terhadap individu dan badan amal yang dicurigai mengumpulkan dana untuk militan yang terkait dengan Al-Qaeda di Suriah dan di Irak.
Pada 6 Agustus, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi pada Shafi dan dua orang lain yang diduga menyalurkan uang dari Kuwait ke NIIS, kelompok sempalan Al-Qaeda yang telah menyerang sejumlah wilayah di Irak dan Suriah. Washington juga mengatakan bahwa para pria itu membantu menyelundupkan pejuang ke Afghanistan dan Irak.
Sanksi PBB
Tahun lalu, Kuwait melarang acara televisi yang menampilkan Shafi, dan menyebutkan dia menghasut kebencian.
Shafi dikatakan menyerukan oposisi bersenjata untuk melawan Assad, dan meminta pendukungnya untuk menyiksa dan membunuh pejuang di Suriah yang terkait kelompok Syiah Lebanon, Hizbullah. Hal itu menjadi bukti bagaimana konflik Suriah menjadi begitu buruk dengan ketegangan antara Sunni dan Syiah di Timur Tengah.
Menteri Informasi Kuwait, Sheikh Salman al-Humoud al-Sabah, mengatakan pada saat itu bahwa pihak berwenang akan menyelidiki bagaimana acara yang menampilkan ulama itu bisa diizinkan untuk disiarkan di televisi negara.
Pada hari Jumat (15/8), Dewan Keamanan PBB memutuskan sanksi terhadap enam orang yang diduga membiayai militan NIIS, termasuk dua orang Kuwait. Keputusann itu sebagai langkah untuk melemahkan NIIS dan Al-Qaeda, dan Front Nusra di Suriah.
Salah satu warga Kuwait yang terkena sanksi diidentifikasi sebagai Hajjaj al-Ajmi, selain ulama Muslim terkemuka lain yang termasuk dalam satu suku dengan Shafi al-Ajmi ini.
Charles Lister, seorang ahli mengenai pembiayaan militan Islam, menulis bahwa beberapa individu, termasuk Syafi'i dan Hajjaj, "secara terbuka menyatakan dukungan mereka untuk organisasi ekstrimis dan difoto bersama mereka selama kunjungan ke Suriah".
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...