Lagi, 184 Pengungsi Rohingya Mendarat di Pantai Aceh
BANDA ACEH, SATUHARAPAN.COM - Sebuah perahu kayu yang membawa hampir 200 pengungsi Rohingya, mayoritas perempuan dan anak-anak, mendarat di pantai Aceh pada hari Minggu (8/1), kata polisi.
Kapal tersebut merupakan kapal kelima yang membawa pengungsi Rohingya mendarat di Indonesia sejak November, menurut pihak berwenang.
Ribuan orang Rohingya yang sebagian besar Muslim, dianiaya berat di Myanmar, mempertaruhkan nyawa mereka setiap tahun dalam perjalanan laut yang panjang dan mahal, seringkali dengan kapal berkualitas rendah, dalam upaya untuk mencapai Malaysia atau Indonesia.
Kapal kayu, yang membawa 69 pria, 75 perempuan dan 40 anak-anak, tiba sekitar pukul 14:30 waktu setempat di sebuah pantai di Provinsi Aceh, kata kepala polisi setempat, Irwan Fahmi Ramli, Minggu.
“Mereka umumnya sehat, tapi di antara mereka ada satu ibu hamil, dan empat orang sakit,” kata Ramli. “Kami sudah berkoordinasi dengan dokter yang akan datang ke sini untuk melakukan pemeriksaan kesehatan awal para pengungsi ini, terutama yang sakit.”
Dia menambahkan bahwa para pengungsi akan dipindahkan ke fasilitas pemerintah daerah.
Menurut salah satu penumpang, kapal tersebut berangkat dari Bangladesh pada 10 Desember. “Kami merasa sangat senang karena kami tiba di sini. Mesin kami rusak dan kami juga tidak punya makanan di kapal,” kata Fairus, 26 tahun, kepada wartawan.
Sekitar satu juta Rohingya diperkirakan tinggal di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh setelah mereka melarikan diri dari penganiayaan di negara tetangga Myanmar pada 2017.
Empat kapal yang membawa pengungsi Rohingya sudah mendarat di Indonesia pada November dan Desember tahun lalu, membawa total lebih dari 400 penumpang.
Lebih dari 2.000 Rohingya diyakini telah mencoba melakukan perjalanan berisiko pada tahun 2022, menurut badan pengungsi PBB, UNHCR, pada tingkat yang sama dengan tahun 2020.
Badan tersebut memperkirakan hampir 200 orang Rohingya telah meninggal atau hilang setelah mencoba penyeberangan laut yang berbahaya tahun lalu.
Namun angka tersebut bisa meningkat setelah kerabat dari sekitar 180 pengungsi Rohingya yang berada di kapal lain yang hanyut di laut selama berminggu-minggu kehilangan kontak dan dikhawatirkan tewas. UNHCR tidak dapat memastikan kematian mereka.
Tetapi juru bicaranya, Babar Baloch, mengatakan jika benar, itu akan menjadikan tahun 2022 sebagai tahun paling mematikan bagi penyeberangan Rohingya sejak 2013 dan 2014, ketika masing-masing lebih dari 900 dan 700 dilaporkan tewas atau hilang.
Malaysia yang relatif makmur adalah tujuan favorit para pengungsi, tetapi banyak yang pertama kali mendarat di Indonesia yang mayoritas Muslim, dipandang lebih ramah. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...