Langit yang Sama
”Selama masih ada di langit yang sama... kita harus mengharapkan kebahagiaan kita masing-masing.”
SATUHARAPAN.COM – ”Nonton yuk, ada film bagus!”
”Enggak, mau ujian.”
Namun, akhirnya hari itu saya nonton juga dengan membawa catatan kuliah yang saya baca sepanjang perjalanan. ”Film kartun?” tanya saya terheran sesampai di loket tiket. Dia hanya tersenyum, ”Jangan lupa siapin tissue!”
Dan memang, film yang menceritakan petualangan keluarga tikus dari Eropa ke Amerika itu membuat air mata saya berlinang. ”Apa kesan film ini?” Dan kami pun berdiskusi mengenai film yang kami tonton.
”Tikus-tikus itu menganggap Amerika tidak ada kucing, jadi mereka pindah ke Amerika. Alangkah kagetnya ketika mereka menemukan kenyataan bahwa kucing di Amerika lebih besar dan menakutkan daripada di tempat asalnya… sepertinya pengarang mau menunjukkan bahwa kadang manusia tidak puas diri terhadap lingkungan.” Saya menjelaskan pendapat saya.
”Kalau aku, yang paling mengesankan adalah saat tikus kecil itu terpisah dari keluarganya,” sahutnya, ”sebenarnya ’kan ayahnya ada di belakang dia, tapi dia enggak lihat….”
”Ya, tetapi mereka enggak putus asa saling mencari dan mengharapkan kebahagiaan keluarganya.”
”Selama masih ada di langit yang sama... kita harus mengharapkan kebahagiaan kita masing-masing.”
Rasanya baru kemarin percakapan itu kami lakukan. Belasan tahun kami tak berkabar. Suatu hari, tanpa sengaja, percakapan kami terjalin kembali.
”Hai… bagaimana kabarmu?”
”Baik… anakku dua, dan mereka adalah segalanya bagiku… dengan segala kerepotannya, dengan segala tingkah lakunya… I’m happy”
”Great, aku juga memiliki belahan jiwaku… aku sangat mencintainya, I’m really happy.”
”Haha... ternyata kita masih di langit yang sama… ikut happy dengan kebahagiaanmu!”
”Sama!”
Lalu kami pun melanjutkan perjalanan hidup kami masing-masing, sampai malam itu sepertinya saya melihat senyumnya dalam mimpi. Dan keesokan paginya, saya mendapatkan kabar, dia telah kembali kepada Penciptanya.
”Sudah selesai tugasmu. Turut berdukacita bukanlah kata yang tepat, karena dirimu sudah bersukacita dalam hidup bersama keluarga yang engkau kasihi , dan sekarang engkau berbahagia di pangkuan Bapa.”
Sekarang kita sudah tidak berada dalam langit yang sama.
Editor : Yoel M Indrasmoro
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...