Laporan: Foto Menunjukkan Penyiksaan oleh Rezim Suriah, Bashar Al-Assad
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM - Mantan jaksa internasional mengatakan bahwa mereka memiliki bukti yang didapat dari seorang pembelot bahwa rezim Presiden Suriah, Bashar Al-Assad secara sistematis membunuh dan menyiksa sekitar 11.000 orang.
Pernyataan disampaikan hari Selasa (21/1). Sementara dikeluarkan sebuah laporan dari tiga peneliti top ditugaskan oleh Qatar, negara yang mendukung para pemberontak Suriah, yang memeriksa ribuan gambar yang disebutkan diselundupkan keluar oleh seorang mantan fotografer polisi militer.
Laporan itu pertama kali dirilis di The Guardian dan di CNN, dan menunjukkan bukti adanya kelaparan, pencekikan dan pemukulan, dan gambar mayat dalam keadaan kurus dengan luka.
Informasi itu dikeluarkan sehari sebelum pembicaraan itu dimulai di Jenewa yang bertujuan untuk negosiasi mengakhiri perang sipil berdarah di Suriah. Namun pihak pemerintah Suriah membantah telah menyiksa tahanan.
Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague, mengatakan bahwa laporan itu "menawarkan bukti lebih lanjut dari kekerasan sistematis dan kebrutalan yang dialami rakyat Suriah oleh rezim Al-Assad."
Ditulis Jaksa
Laporan ini ditulis oleh Desmond de Silva, mantan kepala jaksa pengadilan khusus untuk Sierra Leone, Geoffrey Nice, mantan jaksa yang memimpin dalam persidangan mantan presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic, dan David Crane, yang mendakwa Presiden Liberia, Charles Taylor.
Dia juga memiliki kesaksian dari ahli patologi forensik, seorang antropolog yang pernah menyelidiki kuburan massal di Kosovo dan ahli dalam gambar digital.
De Silva mengatakan, laporan itu "pistol berasap" yang menunjukkan bukti "berskala industri" tindakan pembunuhan oleh rezim Suriah.
Pembelot itu hanya diidentifikasi sebagai "Caesar" untuk keselamatannya. Dia menyajikan gambar kepada ahli forensik yang ditugaskan oleh sebuah perusahaan legal di London yang mewakili Qatar. Ada sekitar 55.000 gambar digital dari 11.000 tahanan yang meninggal sejak dimulainya pemberontakan di Suriah pada Maret 2011. Gambar-gambar itu tersimpan dalam berada di flaskdisk (memory stick).
Dia mengatakan korban semua meninggal di tahanan sebelum dibawa ke rumah sakit militer untuk difoto. "Gambar-gambar menunjukkan selama tahun pembunuhan sistematis terhadap para tahanan karena kelaparan, dengan penyiksaan, mencongkel keluar bola mata, pemukulan mengerikan, dan mutilasi tubuh," kata De Silva kepada BBC, hari Selasa.
Foto Korban
Laporan itu mengatakan bahwa semua, kecuali satu dari korban adalah laki-laki. Kebanyakan tampaknya berusia antara 20 dan 40 tahun dan "persentase yang sangat signifikan" menunjukkan bukti kelaparan.
Pembelot itu "memberitahu tim penyelidik bahwa mungkin ada sebanyak lima puluh mayat per hari untuk difoto yang membutuhkan 15-30 menit kerja per mayat," kata laporan itu.
Dia mengatakan tujuan dari dibuatnya foto itu terlebih dahulu adalah untuk mengeluarkan sertifikat kematian palsu yang menyebutkan bahwa korban telah meninggal di rumah sakit, dan kedua untuk mengkonfirmasi kepada rezim bahwa eksekusi telah dilakukan. Mayat-mayat itu kemudian akan dimakamkan di daerah pedesaan.
Para penulis laporan mengatakan bahwa mereka menemukan informan dan bukti yang kredibel perlunya pengawasan ketat dan mennyajikan temuan mereka untuk PBB , pemerintah dan kelompok-kelompok hak asasi manusia.
Fakta bahwa pembelot itu tidak mengklaim bahwa dia telah benar-benar menyaksikan salah satu pembunuhan menambahkan kredibilitas ceritanya, kata mereka.
Khawatir Keselamatan
Pembelot itu kemudian melarikan diri dari Suriah, karena takut pada keselamatan keluarganya. "Ada hal yang datang beberapa bulan yang lalu di mana dia memutuskan bahwa dia tidak bisa tahan lagi, sehingga memutuskan untuk membelot dan pergi. Dia pergi ke Qatar," kata De Silva.
Kelompok Islam Sunni yang berkuasa di Qatar dengan cepat mendukung pemberontak yang bangkit pada tahun 2011 melawan pemerintahan Bashar Al-Assad, yang didukung oleh Iran yang didominasi Islam Syiah.
Bukti yang disebutkan sebagai "luar biasa" itu kemungkinan akan menjadi kasus yang kuat untuk proses penuntutan. "Sekarang kita memiliki bukti langsung dari apa yang terjadi pada orang-orang yang telah menghilang," kata dia menjelaskan.
"Ini dapat menjadi dibuktikan, bukti langsung pertama dari apa yang telah terjadi setidaknya pada 11.000 manusia yang telah disiksa dan dieksekusi, dan tampaknya kemudian dibuang." (AFP)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...