Laporan Pemerintah Jepang Temukan Penyiksaan terhadap Difabel
TOKYO, SATUHARAPAN.COM - Penyiksaan terhadap difabel muncul sebagai masalah besar di Jepang dengan kekerasan yang seringnya dilakukan oleh anggota keluarga atau pembantu rumah tangga, menurut sebuah survei pemerintah.
Laporan dari seluruh negeri itu, laporan pertama mengenai kasus tersebut, menemukan 1.699 kasus penyiksaan terhadap difabel secara fisik atau mental selama periode enam bulan.
Hampir 80 persen korbannya disiksa oleh anggota keluarga atau pembantu rumah tangga, katanya.
Insiden itu mencakup penyiksaan secara fisik, lisan, pengabaian dan penggelapan uang, kata survei kementerian kesejahteraan yang diterbitkan pada Senin (11/11).
Studi tersebut, dilakukan setelah legislasi untuk mencegah penyiksaan semacam itu diberlakukan tahun lalu, menemukan korban lain yang disiksa oleh staf fasilitas kesejahteraan atau di tempat kerja.
Seorang pejabat kementerian mengatakan angka itu bisa jadi hanyalah sebagian kecil, dengan banyak korban yang tidak bersedia melapor atau tidak bisa meminta pertolongan.
“Beberapa orang mungkin tidak bisa berbicara karena takut mereka diusir dari fasilitas tempat mereka tinggal, atau takut mereka akan kehilangan pekerjaan mereka,” kata sang pejabat.
Penyiar publik NHK melaporkan kasus seorang pria berusia 77 tahun di panti jompo yang menderita lebih dari 70 luka terpisah, termasuk hidung dan lengan yang patah, selama periode 13 tahun.
Dia tidak bisa melaporkan penyiksaan itu kepada keluarganya yang berkunjung karena menderita cedera otak akibat sebuah kecelakaan di jalan raya. Otoritas sedang menyelidiki fasilitas di Jepang selatan itu. (AFP)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...