Laporan: Warga Kristen dan Minoritas di Iran Terus Dianiaya
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM - Sebuah laporan menyebutkan bahwa penganiayaan terhadap warga Kristen di Iran dalam tiga tahun terakhir tetap buruk, meskipun sebelum pemilihan presiden banyak disampaikan janji-janji perbaikan.
Disebutkan, warga Kristen terus mengalami tindakan sewenang-wenang, ditangkap dan diinterogasi karena iman mereka. Beberapa kasus menunjukkan terjadi "penyiksaan fisik dan psikologis yang parah" selama mereka ditahan. Kegiatan doa atau pertemuan studi Alkitab juga dianggap sebagai kegiatan politik yang mengancam keamanan nasional Iran, kata laporan itu.
Gereja di sana dapat ditutup jika mereka menggunakan bahasa nasional, Parsi, dan warga Kristen banyak yang dihukum penjara yang lama serta disiksa dengan dipukul. Hukuman terburuk dialami mereka yang masuk Kristen dari sebelumnya menganut Islam. Mereka, termasuk pendeta, ditangkap dalam pertemuan di gereja atau pada pertemuan doa di rumah.
Laporan itu dirilis oleh dua lembaga yaitu Christians in Parliament is an All Party Parliamentary Group dari Parlemen Inggris, dan Freedom of Religion or Belief pada Maret 2015 ini. Laporan terfokus pada penyelidikan penganiayaan terhadap orang Kristen di Iran.
Salah satu yang dirinci dalam laporan itu adalah kasus satu orang yang dihukum mati karena mengajukan pertanyaan tentang beberapa prinsip Islam di media sosial. Sadeq Saba, editor BBC Persia, mengatakan dalam penyelidikan, "Saya mendengar dari beberapa orang bahwa alasan rezim mengambil garis keras seperti terhadap orang-orang seperti dia adalah karena banyak orang yang menjadi kecewa dengan Islam sebagai agama, karena apa yang dilakukan rezim."
Dirahasiakan
Laporan itu menyebutkan ada banyak kasus yang dirahasiakan, namun lebih dari 90 orang Kristen diketahui berada di penjara Iran pada akhir 2014. Razia dan penangkapan orang Kristen di rumah adalah hal umum. Baru-baru ini seorang anak berusia 12 tahun mengalami penyiksaan fisik dalam sebuah penggrebegan.
Seorang perempuan, menurut laporan yang dirilis di situs christianinparliemen.org.uk itu, dia menanyakan tiga orang yang menyerbu rumahnya apa yang telah mereka lakukan sehingga mereka diserang. "Apakah kami pembunuh, pencuri, atau penjahat? Dan pria itu bersumpah pada saya dengan mengatakan, lebih baik bagi saya menjadi pembunuh atau pencuri daripada menjadi Kristen atau Yahudi."
Warga Kristen menghilang selama berminggu-minggu karena mereka diinterogasi. Mereka ditahan secara terpisah dan diinterogasi selama berjam-jam yang biasanya dimulai tepat setelah tengah malam, kata laporan itu. Tujuan utama dari petugas keamanan adalah menemukan dan menghapus kitab Perjanjian Baru dari rumah warga Kristen. Para tahanan mengatakan, kadang-kadang mereka dipaksa masuk Islam atau keluarga mereka akan dibunuh.
Kecewa pada Pemerintah
Mohammed Zamir, seorang pemimpin gereja di Inggris dari Iran, ketika peluncuran laporan itu di House of Commons, London, Inggris, hari Selasa (10/3), mengatakan bahwa ada ratusan ribu warga Iran mulai memeluk agama Kristen dan itu di luar kendali dari pihak berwenang. "Mereka menanggapi pesan dan penginjilan dan mereka memeluk agama Kristen, yang secara harfiah terjadi secara massal."
Dia mengatakan, baru-baru ini menyaksikan baptisan seorang perempuan yang dua tahun lalu pernah menjadi Muslim. Dia mulai mempertanyakan Islam setelah menonton berita tentang penangkapan puluhan orang Kristen, penyitaan Alkitab dan penutupan gereja-gereja. Dia tertarik untuk mengetahui apa itu kekristenan yang membuat pihak berwenang "begitu ketakutan". Pencariannya itu justru menyebabkan dia memilih menjadi Kristen.
Anggota parlemen dari partai konservatif, David Burrowes dan Baroness Berridge, yang menjadi bagian tim penyelidikan, dalam sebuah surat bersama dalam laporan itu, mengatakan bahwa mereka mengharapkan terpilihnya Hassan Rouhani (sebagai Presiden Iran-Red.) pada Agustus 2013 akan melunakkan perlakuan keras rezim pemerintah terhadap kelompok agama dan etnis minoritas.
Disebutkan bahwa kelompok Sufi dan penganut Baha'i juga menderita penganiayaan yang berat di negara itu.
"Sayangnya, kami kecewa bahwa janji-janji positif dan bahasa moderat belum diterjemahkan ke dalam perbaikan yang berarti. Penganiayaan tetap separah seperti pada tahun 2012," kata mereka seperti dikutip Chriatian Today.
Tahun itu Christians in Parliament is an All Party Parliamentary Group mengeluarkan laporan pertama mereka tentang masalah ini. Mereka meminta pemerintah untuk menekan Iran atas meningkatnya penganiayaan terhadap warga Kristen dan minoritas lainnya.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...