Lebanon Tak Mampu Bayar Utang Negara
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Pemerintah Lebanon akan membahas restrukturisasi utang formal antara Libanon dan pemegang obligasi, setelah negara yang dililit utang itu menyatakan tidak dapat memenuhi pembayaran utangnya.
Libanon mengumumkan pada hari Sabtu (7/3) bahwa negara itu tidak dapat memenuhi pembayaran utangnya, yang mencapai US$ 1,2 miliar eurobond yang jatuh tempo pada hari Senin (9/3) ini. Pemerintah menetapkan negara untuk proses default utang, karena negara bergulat dengan krisis keuangan besar.
Pembicaraan tentang restrukturisai utang diperkirakan akan dimulai dalam waktu sekitar dua pekan, menurut sumber di Beirut.
"Bagaimana kita bisa melakukan pembayaran luar ketika ada orang yang bahkan tidak mampu membeli roti," kata Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab, setelah sidang kabinet yang diadakan di istana presiden menyusul keputusan tersebut, menurut Reuters.
Negara ini berada dalam cengkeraman krisis ekonomi sejak pertengahan Oktober, dan keputusan untuk tidak membayar eurobond yang jatuh tempo berarti masa depan ekonomi Lebanon berada di wilayah yang belum dipastikan. Ini adalah penurunan ekonomi terburuk di Lebanon sejak perang saudara 1975-1990.
Lebanon berjuang untuk mengakses rekening bank dan uang tunai mereka karena negara itu juga menghadapi krisis likuiditas. Karena eurobond dipegang terutama oleh bank komersial lokal, maka ada kemungkinan dampak buruk yang akan timbul pada situasi yang sudah sulit ini.
Krisis di Lebanon dimulai dengan krisis politik dengan rendahnya kepercayaan rakyat pada elite politik yang korup dan menjalankan sisitem politik sektarian yang membuat pemerintah tidak efektif. Protes rakyat meletus sejak Oktober, dan pemerintah baru di bawah Diab juga tidak mendapatkan dukungan rakyat.
Editor : Sabar Subekti
Beijing Buka Dua Mausoleum Kaisar Dinasti Ming untuk Umum
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Dua mausoleum kaisar di Beijing baru-baru ini dibuka untuk umum, sehingga...