Lebanon Tunda Lagi Pembentukan Pemerintah Baru
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Demonstrasi kembali di gelar di Beirut pusat pada hari Senin (16/15) untuk mengungkapkan penolakan mereka tentang menunjuk Perdana Menteri Sementara, Saad Hariri, untuk memimpin pemerintahan baru, menurut laporan kantor berita setempat NNA.
Ratusan pengunjuk rasa menunjukkan penolakan terhadap pencalonan kembali Hariri, meskipun tidak ditujukan terhadap dia, tetapi lebih kepada kehadiran orang-orang korup dalam timnya.
Hariri mundur sebagai Perdana menteri atas desakan demonstran yang protes atas ekonomi negara itu yang memburuk, pemerintahan yang tidak efektif akibat sistem pembagian kekuasaan sektarian, dan korupsi yang merajalela di kalangan elite.
Para pengunjuk rasa meminta Hariri untuk "mengekspos mereka yang korup dan meminta pertanggungjawaban mereka."
Unjuk rasa yang dimulai lebih dari sebulan lalu itu berlangsung di tengah Presiden Michel Aoun menghadapi tarik-menarik berbagai kelompok dalam pembentukan pemerintah baru. Ratusan orang yang memprotes elite yang berkuasa pada hari Minggu (15/12), meskipun menghadapi tindakan keras oleh pasukan keamanan. Pasukan keamanan telah menembakkan gas air mata dan peluru karet pada demonstran dalam bentrokan yang melukai puluhan orang.
Kembali Ditunda
Presiden Lebanon, Michel Aoun, kembali menunda konsultasi parlemen mengenai perdana menteri baru sampai Kamis atas permintaan Saad Hariri, kandidat utama untuk peran tersebut.
Penundaan itu untuk "memungkinkan lebih banyak konsultasi tentang topik pembentukan pemerintah," menurut sebuah pernyataan di akun Tweetter Presidensi Lebanon.
Aoun diperkirakan akan menunjuk Saad Hariri sebagai perdana menteri negara berikutnya pada saat konsultasi yang dijadwalkan pada hari Senin kemarin. Namun ditunda dan rencananya akan berlangsung pada hari Kamis mendatang.
Hariri adalah sekutu Barat dan politisi terkemuka dari kelompok Islam Sunni. Dia secara luas dilihat oleh politisi sebagai satu-satunya kandidat untuk jabatan itu setelah Mohammed Safadi dan Samir Khatib mengundurkan diri sebagai kandidat. Hariri mundur dari jabatan PM pada akhir Oktober di bawah tekanan dari protes terhadap elite politik yang korup dan pemerintahan yang buruk.
Hariri tampaknya ingin memimpin kabinet dengan menteri yang ahli, yang katanya akan mampu mengatasi krisis dan menarik bantuan asing. Namun di pihak lain, lawan-lawan politiknya tetap menginginkan kombinasi politisi dan pakar dalam kabinet. Sedangkan para demonstran menghendaki politisi seluruhnya diturunkan, dan sistem politik sektarian dihapuskan.
"Harus jelas bagi siapa pun yang mungkin mencalonkan Hariri besok bahwa ia hanya akan membentuk pemerintah spesialis," kata seorang sumber yang dekat dengan Hariri, dikutip Reuters.
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...