Lebih dari 4.000 Anak Suriah Melintasi Perbatasan Tanpa Kerabat
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM - Lebih dari 4.000 anak-anak Suriah telah menyeberang perbatasan ke negara-negara tetangga tanpa orang tua atau kerabat dewasa.
Badan Perserikatan Bangsa-bangsa untuk anak-anak, Jumat (20/9) ini, mengingatkan bahwa tanpa perlindungan wali, mereka sangat rentan terhadap eksploitasi dan kekerasan.
Juru bicara Dana Anak PBB (UNICEF), Marixie Mercado, mengatakan bahwa anak-anak itu terpaksa bekerja dan memberikan hasilnya untuk keluarga, mereke putus asa karena tidak bisa kembali sekolah.
Dia menyebutkan bahwa sari 4.150 anak-anak Suriah yang diidentifikasi dan didaftarkan, setidaknya 1.698 berada di Lebanon, lembah Beka'a dan banyak di antara mereka dipekerjakan di pertanian.
Di Irak, badan PBB memperkirakan bahwa ada 300 anak yang baru tiba tanpa ditemani orangtua atau kerabat. Mereka terpisah di wilayah utara.
Terpaksa Bekerja
Jordan adalah rumah bagi sekitar 1.170 anak, termasuk sebagian yang baru berusia sembilan tahun. Sebagian besar anak-anak ini, menurut Mercado, berada di kamp Za'atari. Kamp darurat ini menampung lebih dari 120.000 orang pengungsi dan merupakan kota terbesar keempat di Yordania yang menampung mereka.
"Masing-masing anak telah menyaksikan, atau menjadi korban kekerasan yang sangat mengerikan," kata Mercado. Anak-anak ini berlari untuk menyelamatkan diri mereka dari pertempuran, sementara yang lain pergi untuk menemukan kerabat yang sempat tertinggal lebih dulu. Yang lain lagi sedang dikirim untuk menghindari wajib militer.
UNICEF bekerja sama dengan mitra untuk mengidentifikasi anak-anak dan memastikan mereka dilindungi, serta untuk memberikan dukungan medis, psikososial dan pendidikan.
Mercado menceritakan sebuah kisah anak bernama Aya (11 tahun) yang tinggal bersama pamannya di sebuah pemukiman di kebun almond. Dia, mengurus adik-adiknya.
"Dia mulai ikut kegiatan rekreasi yang diselenggarakan UNICEF, Kamis lalu. Untuk pertama kalinya, ia berbicara tentang pengalamannya. Dia melihat ayahnya dipotong-potong di depannya," kata Mercado.
Kawasan yang Diblokir
Di New York, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat, Valerie Amos, menyuarakan harapan bahwa kesepakatan Suriah untuk menyerahkan senjata kimia akan mendorong negara-negara untuk menjaminkan lebih banyak bantuan untuk Suriah.
"Ini masalah kemanusiaan dan pelanggaran hak asasi manusia yang benar-benar di luar kendali di dalam wilayah Suriah. Kita perlu pemimpin politik untuk mengatasi masalah mereka juga," kata dia.
Sejak pertengahan 2012, badan PBB tidak mampu mengakses 38 lokasi penduduk seperti Moadamiyeh, Daraya, Armouk, Hajar Aswad, Yalda, Babila, Sbineh, Douma, Jobar, Qaboon, Zamalka dan Erbeen. Di beberapa daerah itu, pasokan bantuan untuk penduduk dirampas oleh kelompok bersenjata.
Di tempat lain, di timur laut Suriah, Program Pangan Dunia (WFP) bulan lalu tidak dapat mengirimkan jatah makanan untuk tiga mitra mereka, Al Hassakeh, Ar Raqqa, dan Deir Ezzor. Jalan menuju mereka diblokir oleh kelompok bersenjata. (un.org)
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...