Loading...
INSPIRASI
Penulis: Obrin Sualang 01:00 WIB | Senin, 18 April 2016

Legawa

Promosi merupakan dampak positif dari kepercayaan yang kita bangun.
Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM – Ungkapan kekecewaan seorang perwira polisi kepada pimpinan institusinya waktu lalu sempat menyita perhatian media.  Pasalnya Sang Perwira merasa tidak mendapat imbalan yang diharapkan menyusul jasa kepahlawanannya saat menangani peristiwa teror di Jakarta.  Berita tentang keberaniannya ikut menumpas aksi teroris tersebar di media social. Bahkan, menuai pujian para netizen.  Secara pribadi saya pun ikut bangga.         

Menurut saya, wajarlah kalau yang bersangkutan mendapat penghargaan khusus. Tidak salah juga kalau yang bersangkutan berharap mendapat imbalan setara. Belakangan diketahui, pimpinan institusi sebenarnya sudah merencanakan promosi jabatan bagi Sang Perwira, tetapi kemudian dianulir.  Mengapa promosinya dibatalkan? Kesalahan apa yang dilakukannya?  Memangnya kalau mengeluh tidak boleh?  Tidak ada penjelasan lanjut mengenai pergunjingan tersebut di media. Yang kita pahami adalah kewenangan soal  itu seratus persen ada di tangan pemimpin institusinya.

Kalau di dunia swasta, proses promosi terhadap seseorang umumnya dipahami terjadi bila karyawan menunjukkan prestasi kerja dan berkontribusi  positif bagi kemajuan perusahaan. Pertanyaannya, apakah seseorang yang telah berkontribusi dan berprestasi akan serta-merta mendapat promosi ke jabatan yang lebih tinggi?  Dalam dunia kerja, jawabannya belum tentu.  Ada hal lain yang lebih mendasar mengapa seseorang dipromosi ke jabatan yang lebih tinggi.  Itulah kepercayaan (trust). 

Membangun kepercayaan orang lain terhadap diri sendiri tidaklah mudah.  Sebaliknya, tidak gampang bagi kita untuk memercayai seseorang.  Tidak sedikit kejadian di mana kepercayaan itu luntur di tengah jalan.  Seorang karyawan yang kelihatan bekerja keras dan berhasil mencapai target belum tentu bisa dipercaya ke jenjang karir lebih tinggi.  Bisa jadi prestasi itu didasari motivasi yang tidak murni. 

Saya pernah didatangi seorang karyawan outsource yang menuntut untuk segera diangkat menjadi karyawan inti.  Alasannya sudah sekian lama bekerja dengan baik di areanya.  Saya pun menjawab apa adanya tanpa menjanjikan karena memang belum ada lowongan.  Saya mengenal karyawan tersebut. Kerjanya memang bagus dan tekun.  Cuma entah mengapa, citra positif karyawan tersebut di benak saya seolah pudar. 

Manusiawi memang kalau sebagai karyawan kita berharap adanya imbalan dari setiap prestasi kerja.  Menurut saya, berprestasi dan berkontribusi bagi perusahaan adalah kewajiban karena setiap bulan kita menerima upah.  Lebih dari itu (promosi dan sebagainya) merupakan dampak positif dari kepercayaan yang kita bangun.  Lebih dari itu, kita harus ikhlas dan legawa. 

Jangan karena tidak legawa, nila setitik rusak susu sebelanga!

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home