Liberalisasi Pers Terjadi Pada Zaman BJ Habibie
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pemberitaan Tempo pada 1994 tentang pembelian kapal perang eks Jerman Timur yang dilakukan pemerintahan Soeharto, bermasalah. Ada dugaan mark up dengan pembelian kapal perang itu. Pembelian itu disangkakan pula berhubungan dengan Menteri Riset dan Teknologi pada waktu itu, BJ Habibie. Pemberitaan ini berakibat dengan pembredelan Tempo. Tetapi, ketika Soeharto lengser pada 1998 dan BJ Habibie menggantikannya menjadi Presiden, ia justru melakukan liberalisasi pers melalui Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999.
Jurnalis Hasudungan Sirait yang memandu acara dialog kebebasan pers bersama mantan Presiden Indonesia ketiga BJ Habibie menceritakan betapa massa yang berdemonstrasi memprotes pembredelan Tempo pada tahun 1994, digebuk. Tetapi, kondisi berbeda dialami pascalengser Soeharto.
“Ketika demo ke Menteri Penerangan zaman Habibie, Moh. Yunus Yosfiah, kami membayangkan skenario buruk kita akan disikat lagi. Ternyata yang terjadi di kantor Departemen Penerangan tidak sesuai skenario. Kami sampai di sana ternyata sudah ada petugas Departemen Penerangan yang menunggu. Tidak biasa dalam demo. Kok lama sekali, lagipula petugas baru sedikit. Saya heran, biasanya pendemo langsung disikat,” kata Hasudungan Sirait di acara dialog kebebasan pers. Acara ini dalam rangka Resepsi Hari Ulang Tahun Aliansi Jurnalis Independen (AJI) ke-19 di Gedung Pusat Perfilman H. Usmar Ismail pada hari Kamis (29/8).
Sang menteri, Moh. Yunus Yosfiah sedang menanti pendemo dan dia menyambut massa yang berdemonstrasi dengan bersahabat. “Bayangkan seorang Jenderal Kopassus,” kata Hasudungan Sirait. Tuntutan massa yang berdemonstrasi dipenuhi. Pencabutan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) dan kemudian Undang-Undang Pokok Pers kemudian diteken BJ Habibie.
BJ Habibie yang ketika sekolah dulu memperoleh materi indoktrinasi Soekarno menyatakan tidak dapat menerima pembredelan Tempo. Karena menurutnya, media itu berisi orang pintar dan kritis yang membangun Indonesia dengan sumber dayanya. BJ Habibie menerangkan bahwa pembredelan Tempo itu tidak ada hubungan dengan dirinya. BJ Habibie juga mengaku tidak mengetahui soal mark up pembelian kapal perang itu.
“Kalau saya masuk wilayah-wilayah tempat orang bisa memanipulasi atau mendistorsi, pesawat terbang saya jatuh, kapal saya tenggelam.” Kata BJ Habibie.
Editor : Bayu Probo
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...