Lima Negara Dialog Lintas Agama-Budaya Atasi Terorisme
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Delegasi lima negara "MIKTA" yakni Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia menghadiri dialog lintas agama dan budaya di Yogyakarta, Selasa (18/10), untuk mengatasi ancaman terorisme, radikalisme dan ekstremisme.
"Kita akan berbagi pengalaman bagaimana mengelola keberagaman termasuk bagaimana mengatasi ancaman terorisme, radikalisme, dan ekstremisme," kata Wakil Menteri Luar Negeri A.M Fachir saat membuka acara yang diselenggarakan atas kerja sama Kementerian Luar Negeri RI dan Kementerian Agama itu.
Selain mempertemukan pejabat pemerintah negara-negara MIKTA, acara dialog bertema "Strengthening solidarity, friendship, and cooperation through interfaith and intercultural dialogue" itu, juga menghadirkan sejumlah akademisi dan tokoh agama dari masing-masing negara yang akan dimintai pandangan mengenai penanganan tiga isu itu.
Fachir mengatakan di berbagai kawasan dunia kini tengah menghadapi tantangan keamanan yang disebabkan konflik maupun rapuhnya kendali negara. Hal itu sekaligus menimbulkan berbagai macam gerakan termasuk yang mengarah pada radikalisme, terorisme, dan ekstremisme.
Mempertimbangkan ancaman itu, saling belajar dan bertukar pengalaman antarnegara MIKTA dipandang penting untuk memperkuat kemampuan bersama mengatasi ancaman itu.
Turki misalnya, dapat berbagi pengalaman bagaimana tantangan besar terorisme dan radikalisme saat ini mampu mereka hadapi, apalagi saat ini negara itu juga tengah menampung banyak pengungsi dari Suriah.
Untuk mengatasi ancaman serupa, menurut Fachir, Indonesia sendiri setidaknya telah memiliki modal yang kuat dengan memosisikan radikalisme sebagai sesuatu yang asing karena Indonesia dibentuk atas dasar kebersamaan serta keberagaman suku, agama, dan warna kulit.
Selain itu Indonesia juga memiliki tiga nilai yang terus dipelihara yaitu moderasi, toleransi, dan dialog. "Kami juga akan berbagi pengalaman itu yang bisa jadi dapat diterapkan di negara mereka," ujarnya.
Oleh sebab itu, menurut Fachir, tujuan akhir dari dialog itu juga diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan mempromosikan toleransi, perdamaian, moderasi, serta penghormatan di antara masyarakat multi agama dan budaya di negara-negara MIKTA.
Ia mengatakan pemilihan Yogyakarta sebagai lokasi diselenggarakannya acara tersebut karena dipandang sebagai salah satu daerah yang kaya akan keragaman budaya.
Di Yogyakarta peradaban agama yang berbeda dapat tumbuh berdampingan yang dibuktikan dengan keberadaan Candi Prambanan sebagai mahakarya peradaban Hindu, Borobudur sebagai simbol peradaban Buddha, serta Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Gubernur DIY Sri Sultan HB X dalam sambutannya menegaskan bahwa dialog lintas agama bukanlah kompromi Iman, melainkan untuk mewujudkan empati antarumat agama, di mana benteng perbedaan diubah menjadi jembatan untuk saling memahami dan menghormati. (Ant)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
PM Lebanon Minta Iran Bantu Amankan Gencatan Senjata Perang ...
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Perdana Menteri sementara Lebanon pada hari Jumat (15/11) meminta Iran untuk...