Lonjakan Harga Komiditas Pertanian: Impor Bukan Solusi
Setelah harga daging sapi melonjak sampai di atas Rp 100 ribu dan menjadi harga daging sapi termahal di dunia, kali ini harga bawang putih dan bawang merah menyusul mencapai harga tertinggi dunia dan tidak masuk di akal. Harga bawang merah mencapai Rp 40 ribu lebih dan bawang putih di Situbondo, Jawa Timur sempat Rp 100 ribu.
Yang mengkhawatirkan adalah harga daging sapi yang tinggi terus bertahan dalam beberapa bulan, dan dikhawatirkan hal serupa akan terjadi pada dua komoditas tersebut, yang merupakan komoditas penting dalam konsumsi masyarakat.
Fenomena kenaikan harga kebutuhan penting sebenarnya sering mewarnai kehidupan masyarakat. Sebelumnya yang paling sering adalah kenaikan harga cabe, harga kedele, gula, bahkan jahe. Korban dari situasi seperti ini umumnya adalah masyarakat kelas bawah, baik rumah tangga maupun usaha kecil.
Di tengah situasi seperti ini, pemerintah selalu menyelesaikannya dengan membuka kran impor atas komoditas bersangkutan secara lebar-lebar. Solusi ini ditempuh setelah menyatakan bahwa persoalannya terletak pada hukum pasar di mana kebutuhan yang tinggi sementara ketersediaan terbatas. Impor dianggap sebagai cara memenuhi pasokan.
Cara pemerintah menyikapi yang seperti ini merupakan cara yang naif. Sebab, masalah ini timbul justru karena selama ini impor dianggap sebagai solusi atas kekurangan pasokan di dalam negeri. Padahal masalah utamanya adalah turunnya pasokan di dalam negeri yang tidak pernah diatasidengan serius.
Kasus impor daging sapi adalah kenyataan bahwa Pemerintah membiarkan adanya permainan yang justru membuat kemampuan dalam negeri untuk memasok kebutuhannya sendiri makin lemah. Kita ingat tentang bawang putih yang semula bisa dipenuhi pasokan dari petani di dalam negeri, tetapi dihancurkan oleh masuknya produk impor dengan harga dumping. Sekarang kebutuhan bawang putih nyaris sepenuhnya tergantung dari impor.
Belakangan juga muncul ancaman ketahanan petani kentang dan bawang merah yang akan dilemahkan dengan masuknya komoditas impor dengan harga murah. Masalah kedele yang sudah bertahun-tahun juga tidak diatasi secara signifikan. Dan lagi-lagi, Pemerintah hanya berdalih pada mekanisme pasar dan membenarkan apa yang terjadi.
Masalah daging sapi, bawang merah dan bawang putih harus dilihat dari masalah yang mendasar, yaitu ada upaya-upaya melemahkan petani kita. Hal ini datang dari luar melalui intervensi impor dan harga dumping. Tetapi intervensi itu bisa masuk karena ada pihak-pihak di dalam negeri memberi peluang intervensi itu terjadi. Ditambah lagi, kasus sengketa tanah muncul dengan masif.
Impor bukan solusi atas kekurangan pasokan pada komoditas tertentu, khususnya produk pertanian. Apalagi, dalam perdagangan dunia, masih banyak negara yang dengan tegas melindungi produk dalam negeri mereka, seperti Amerika dan Jepang. Selama ini pemerintah, khususnya Kementrian Pertanian, telah gagal menjaga kemampuan petani kita untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Oleh karena itu, yang diperlukan sekarang adalah meningkatkan petani di Indonesia untuk bergairah menanam produk yang dibutuhkan dan untuk itu Kementrian Pertanian harus sekaligus menjaga ketat kran impor, bukan mempermainkannya seperti kasus daging sapi.
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...