Paus Fransiskus I, Perubahan dan Harapan Baru
Asap putih dari cerobong asap di Kapel Sistine menandai terpilihnya Paus baru (Paus ke 266) Gereja Katolik Roma pada Rabu (13/3) waktu Roma. Kardinal Jorge Mario Bergoglio dari Argentina terpilih dalam conclave dan menjadi Paus dengan gelar Fransiskus I menggantikan Paus Benedictus yang mengundurkan diri.
Naiknya Kardinal Bergoglio menandai hal baru dalam sejarah Gereja Katolik. Dia adalah Paus pertama dari Amerika Latin dan juga Paus pertama dari Ordo Jesuit. Penampilannya yang pertama di hadapan umat Katolik, khususnya yang berkumpul di Gereja Santo Petrus, juga menampilkan hal baru. Dia mengajak berdoa, dan terutama mendoakannya dalam menjalankan tugas baru. Padahal, banyak yang berharap pada penampilannya yang pertama Paus akan memberikan berkat bagi umat katolik dan umat manusia.
Terpilihnya Paus baru ini disambut gembira bukan hanya oleh umat Katolik Roma di seluruh dunia, tetapi juga dari umat beragama lain. Ada berbagai harapan yang ditujukan kepada Paus Fransiskus, terutama agar Gereja Katolik bisa menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi di internal gereja, dan memberi pandangan baru dalam pergaulan dan hidup umat manusia.
Dari Dewan Gereja Sedunia (World Council of Churches / WCC), melalui Sekretaris Jenderal, Rev. Dr. Olav Fykse Tveit, disampaikan ucapan selamat. Menurut dia terpilihnya Paus baru diharapkan akan memberi warna baru bagi kehidupan gereja dan iman. Dia yang hidupnya dalam kesederhanaan dan merefleksikan komitmennya pada keadilan sosial dan mengangkat orang miskin, juga menegaskan komitmen WCC dalam menemukan keadilan dan perdamaian di dunia.
Dari kalangan gereja-gereja di Amerika Latin terpilihnya Kardinal Bergoglio juga mengangkat harapan baru tentang transisi dalam kekristenan dengan perspektif dari kehidupan iman di bumi belahan selatan. Seperti banyak diketahui teologi dan kehidupan iman Kristen di Amerika latin banyak diwarnai oleh teologi pembebasan, khususnya bagi kaum marginal secara ekonomi, politik dan sosial.
Demikian tata pergaulan global, dan geopolitik, Dunia Selatan dan Dunia Utara masih memperlihatkan perbedaan yang cukup tajam. Dalam banyak hal tata kehidupan global masih dilihat dan dikendalikan dari cara pandang Utara. Dalam konteks ini, Paus yang berakar dari kehidupan iman di Selatan diharapkan memberikan padangan baru dalam tata pergaulan dunia, termasuk juga dalam hubungan antar gereja dan tokoh agama.
Terpilihnya Paus baru ini memang disambut dalam keterkejutan, tetapi sekaligus juga harapan atas perubahan dan kesempatan. Di kalangan gereja-gereja protestan, harapan itu tertumpu pada dialog dan kerja sama dalam membangun semangat ekumene (keesaan gereja). Keadilan dan perdamaian masih merupakan agenda yang serius di muka bumi, dan agama melalui para pemimpinnya merupakan tumpuan dalam memberikan aspek spiritual dalam kehidupan untuk mencapai keadilan dan perdamaian.
Ada harapan yang besar yang diemban Paus Fransiskus I ini, sekaligus harapan yang tidak ringan dalam menyelesaikan berbagai persoalan di internal Gereja Katolik. Dan kita berharap dalam doa bahwa dalam kesederhanaan gaya hidupnya serta kerja samanya dengan gereja-gereja harapan-harapan itu bisa diwujudkan. Seperti yang dia sampaikan dalam penampilannya yang pertama sebagai Paus, kita bisa menyediakan waktu hening untuk mendoakan dia, dan untuk keadilan serta perdamaian dunia.
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...