Make a wish, Andy, make a wish!
SATUHARAPAN.COM - Menjelang Natal, saya teringat Andy yang berusia sepuluh tahun, tinggal dengan ibunya, dan terutama keinginannya menjelang perayaan Natal. Keinginanya? Sebuah mukjijat Natal.
Telah lama hati Andy bergejolak, yang mencuat menjadi pertanyaan kecil yang dengan takut-takut disampaikan kepada ibunya: "Mengapa Ayah dan Ibu sering bertengkar?", "Kenapa Ayah tidak pulang di hari Natal? Kenapa Ayah lebih sering pulang ke rumah Opa?" Atau, sebuah pertanyaan besar: "Mengapa ibu menangis ketika berkunjung ke rumah Opa? Dan mengapa Andy menemukan foto Ayah bersama seorang wanita?"
Ibu Andy selalu mengajarkannya untuk hormat dan patuh kepada Ayah, Andy pun ingin Sang Ayah bangga akan prestasi sekolahnya dan permainan gitarnya. Andy tak ingin Ayah marah. Namun, belakangan Ayahnya jarang berkunjung dan bahkan ketika Andy terima rapor dan naik kelas, Ayah tak lagi hadir. Dan tahun ini adalah tahun ketiga tanpa ayahnya. Andy hampir putus harap, Ayah dan Ibunya bisa kembali harmonis.
Menjelang Natal, Sang Ibu mengajak Andy berdoa khusus di kapel gereja dekat sekolah, "Yuk kita doakan, agar Ayah pulang, dan kembali menyayangi kita." Sang ibu menjelaskan perlahan, apa yang dimaui Ayahnya, namun Andy tak juga mengerti, mengapa orang dewasa bisa berubah sikap. Terlebih Andy tak pernah bisa memahami Ibunya yang tetap hormat dan berharap sebuah mukjijat, Ayah akan pulang ke rumah. Dan itu adalah mukjijat Natal!
Di kapel itu Andy melihat Sang Ibu berdoa, lama, menetes satu dua air mata. Sejenak ibunya menoleh, lirih dia berkata, "Make a wish, Andy, make a wish."
Editor: ymindrasmoro Email: ymindrasmoro@satuharapan.com
Jenderal Rusia Terbunuh oleh Ledakan di Moskow, Diduga Dilak...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Rabu (18/12) bahwa Rusia ...