Makin Banyak Warga Uganda Beli Hasil Tes HIV-negatif
KAMPALA, SATUHARAPAN.COM - Uganda disorot dunia internasional karena sebuah penyelidikan dari BBC Afrika yang diterbitkan pada Minggu (6/4) menemukan bahwa makin banyak warga Uganda dengan mudah membeli hasil tes HIV-negatif palsu.
Dr. Peter Mugenyi yang menjabat Direktur Joint Clinical Research Centre di Kampala, Uganda mengatakan banyak warga Uganda dengan mudah membeli hasil tes HIV negatif dari klinik lokal dan toko-toko percetakan untuk melamar pekerjaan , pergi ke luar negeri dan atau menikah.
“Praktek seperti ini sudah ada sejak sudah ada sejak HIV pertama kali datang pada 1980-an,” kata Mugenyi.
Mugenyi pernah mendokumentasikan fenomena semacam ini dalam penelitian yang dia bukukan berjudul “A Cure Too Far” yang diterbitkan pada 1990 melaporkan bahwa banyak pasangan yang hidup dalam AIDS, dan terinfeksi hasil tes HIV telah terikat dalam satu ikatan pernikahan di dalam gereja.
“Kita perlu menempatkan HIV palsu dalam perspektif sebelum kita menyimpulkan bahwa wakil akan meningkatkan prevalensi penyakit ini,” kata Mugenyi.
Lembaga yang dia pimpin mengkhawatirkan hal ini berlangsung terus menerus karena telah ada stigma buruk terhadap orang yang hidup dengan HIV dan AIDS di kawasan Afrika, terutama bagi generasi muda yang sedang mencari pekerjaan.
Laporan BBC mengatakan “hasil HIV negatif” dapat dengan mudah dibeli dari klinik lokal dan toko-toko di pusat kota Kampala, Uganda pencetakan lengkap dengan cap Mulago , rumah sakit rujukan nasional negara itu .
Dr Joshua Musinguzi , manajer Aids Program Control ( ACP ), mengatakan bahwa kemiskinan merupakan penyebab utama banyaknya penjualan HIV negatif palsu.
“Tidak ada alasan mengapa orang harus mengambil jalan pintas, masyarakat harus segera dibantu,” kata Musinguzi .
Menteri Kesehatan Uganda, Dr Ruhakana Rugunda mengatakan dia tidak terkejut dengan fenomena tersebut di negaranya. Rugunda bekerja sama dengan Mugenyi guna menghilangkan stigma terhadap orang dengan HIV bekerja sama dengan
“Kita perlu untuk melawan diskriminasi, karena mereka yang menyediakan pekerjaan seharusnya tidak membedakan apakah seseorang positif atau negatif,” kata Mugenyi.
“Para pengangguran dan siapa pun yang mencari kerja seharusnya tidak menggunakan cara-cara putus asa ketika mereka mencari sesuatu, " kata Rugunda. (allafrica.com/observer.com/bbc.co.uk)
Editor : Bayu Probo
Perayaan Natal di Palestina Masih Dibatasi Tahun Ini
GAZA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal di Palestina tahun ini hanya sebatas ritual keagamaan, mengin...