Malala Ingin Menjadi Perdana Menteri Pakistan
BIRMINGHAM, SATUHARAPAN.COM - Malala Yousafzai gadis dari Pakistan yang selamat setelah ditembak Taliban di kepala tahun lalu, mengungkapkan keinginan menjadi perdana menteri Pakistan. Menurut Malala dengan menjadi perdana menteri dia dapat melayani dan membantu seluruh rakyatnya.
Dalam sebuah wawancara dengan voice of Russia pada Kamis (6/2) di Inggris, Malala mengatakan cita-citanya itu terinspirasi oleh Benazir Bhutto, perdana menteri perempuan Pakistan.
“Sebelumnya saya tidak tahu bahwa anak perempuan juga bisa menjadi jurnalis, pebisnis ataupun politisi. Dan saat aku melihat dunia luar dari Swat, saya melihat dunia lain. Aku melihat perempuan juga melakukan hal-hal seperti politik, dan Benazir Bhutto adalah contoh terbaik bagi kita semua.
“Dengan menjadi perdana menteri saya dapat membantu seluruh negara saya dan saya bisa melayani rakyat saya,” kata Malala.
Malala (16) berkeyakinan walaupun latar belakang keluarganya berbeda jauh dengan Benazir Bhutto yang berasal dari keluarga sangat istimewa di mana ayah dan kakeknya adalah seorang Perdana Menteri, namun dengan semangat, harapan dan menjadi diri sendiri sangat mungkin keinginannya terwujud.
“Anda bisa melakukannya. anda hanya perlu menjadi manusia dan anda harus menjadi diri sendiri. Dan itu semua yang anda butuhkan untuk melakukan sesuatu,” kata Malala.
Ketika ditanya perihal bukunya (I am Malala) yang ditolak di Pakistan, Malala dapat memahaminya. Dia menyadari kontroversi atas bukunya, apalagi di Pakistan di mana hal semacam itu bisa membahayakan jiwa seseorang.
“Saya mendengar adanya kritik terhadap buku saya dan ada pula yang mendukung buku saya. Masalahnya adalah bahwa setiap kali ada sebuah buku dan diterbitkan, beberapa orang setuju dengan hal itu dan beberapa orang mengatakan itu bukan buku yang bagus karena tidak memiliki hal ini atau hal itu.
“Jadi, saya pikir itu masalah normal dari sebuah buku jika ada kritik. Saya tidak menanggapi serius hal itu. Tapi saya tahu melakukan hal seperti itu dapat berbahaya di Pakistan. Jadi, itu sebabnya saya tidak ingin menempatkan hidup seseorang dipertaruhkan. Dan jika hidup mereka yang dipertaruhkan, maka saya tidak peduli tentang buku saya, karena hidup mereka lebih penting,” kata Malala yang mengaku menyukai karakter Martin Luther King Junior dan Nelson Mandela. (voiceofrussia.com)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...