Malala Ultah Minta Hadiah Ini dari Pemimpin Dunia (+Video)
LONDON, SATUHARAPAN.COM – Aktivis pendidikan Pakistan Malala Yousafzai, orang termuda yang pernah memenangkan Hadiah Nobel, berumur 18 pada hari Minggu (12/7). Dan, dia memiliki satu keinginan: bahwa para pemimpin dunia mulai berinvestasi pada buku, bukan peluru.
“Jika para pemimpin dunia memutuskan untuk mengambil sepekan dan satu hari libur dalam setahun dari perang dan membeli senjata, kita dapat membuat setiap anak di dunia ini sekolah,” kata Yousafzai di acara Oslo Summit on Education for Development, Selasa. “Buku adalah investasi yang lebih baik di masa depan kita daripada peluru. Buku, bukan peluru, akan membuka jalan menuju perdamaian dan kemakmuran.”
Yousafzai mengulang ucapannya ini pada tulisannya di Blog Malala Fund. Dalam blog-nya ini, ia mendesak orang-orang untuk menggunakan media sosial untuk meneruskan pesannya tentang perdamaian dan pendidikan. “Pasang foto diri memegang buku favorit Anda sekarang dan berbagi mengapa Anda memilih #booksnotbullets—dan mengapa para pemimpin dunia harus juga,” tulisnya.
Malala pun meluncurkan hashtag #booksnotbullets ini dengan unggahan di Instagram yang menampilkan fotonya memegang buku Anne Frank The Diary of a Young Girl. Yousafzai menulis bahwa dia memilih buku ini “karena buku ini mengungkapkan keberanian dan kekuatan seorang gadis muda yang hidup di bawah peperangan dan konflik. Ini menginspirasi saya untuk percaya bahwa setiap anak punya hak untuk bermimpi, hak untuk belajar dan hak untuk hidup dalam damai.” Setelah itu, setidaknya sudah lebih dari 1800 posting instagram menggunakan tagar #booksnotbullets.
Yousafzai menjadi aktivis pendidikan ketika ia masih remaja. Ia memberi advokasi untuk hak perempuan Pakistan bersekolah. Ketika ia berusia 15, dia ditembak di kepala oleh calon pembunuh yang terkait dengan Taliban. Tahun lalu, Yousafzai memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian, menjadi yang pertama warga Pakistan yang menerima penghargaan ini.
Baca juga: |
Pada 2013, ia menerbitkan buku I Am Malala: The Girl Who Stood Up for Education and Was Shot by the Taliban (sudah terbit dalam bahasa Indonesia) sebuah memoar yang ditulis bersama Christina Lamb. Buku itu kemudian dilarang oleh berbagai sekolah swasta di Pakistan. Yousafzai juga menjadi subjek film dokumenter yang akan datang He Named Me Malala.
Pengagum Yousafzai pun menuliskan tagar #booksnotbullets hashtag di Twitter. Toko Buku The Gutter Bookshop di Dublin, Irlandia, men-tweet gambar seorang pria memegang buku karya Roald Dahl Matilda, dan penulis bernama Michael Huggins membuat foto selfie saat dia memegang The Canterbury Tales. Huggins menulis, “Sebuah peluru digunakan sekali, untuk mengakhiri hidup. Sebuah buku digunakan selama bertahun-tahun, untuk memperkaya banyak nyawa.”
Tweet a selfie with an inspiring book for #BooksNotBullets to celebrate #Malala 's birthday pic.twitter.com/2euN7cNuWm
— Gutter Bookshop (@gutterbookshop) July 7, 2015
#BooksNotBullets A bullet is used once, to end a life. A book is used for years, to enrich many lives. #malalafund pic.twitter.com/Z3vKtwt4xB
— Michael Huggins (@MichaelHugg2591) July 2, 2015
We stand with Malala and choose #booksnotbullets. Let's inspire and transform lives through education @malalafund pic.twitter.com/QgvM9UU1rn
— Orion Publishing (@orionbooks) July 6, 2015
Akun Twitter dari penerbit berpusat di London, Orion Publishing bergabung dengan mengunggah gambar 17 orang menampilkan buku-buku favorit mereka. Kebanyakan dari mereka digambarkan memegang dua buku, banyak yang memegang buku I Am Malala. (latimes.com)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...