Malaysia Kikuk Menyambut Kedatangan Jokowi Besok
PETALING JAYA, SATUHARAPAN.COM – Malaysia masih belum dapat mengukur sepenting apa di mata Presiden Joko Widodo hubungan antara Indonesia dan Malaysia sebagai dua negara bertetangga. Tidak seperti presiden-presiden sebelumnya yang datang dari kalangan elit politik maupun militer, latarbelakang Jokowi yang berasal dari rakyat bawah diyakini memiliki gaya yang berbeda. Ini membuat Malaysia masih sulit menebak apa yang akan menjadi tema utama yang akan disampaikan Jokowi pada kunjungannya besok ke negara jiran itu.
"Jokowi tidak datang dari elit militer atau politik Indonesia. Hal ini sangat sulit untuk mengukur bagaimana ia melihat hubungan Malaysia-Indonesia," kata .Nor Azizan Idris, pakar kebijakan luar negeri dan studi keamanan dari Universitas Kebangsaan Malaysia.
Di pihak lain, bagi Malaysia sendiri kunjungan ini sangat penting di tengah pasang surut hubungan kedua negara selama 60 tahun. Menurut dia, meskipun Malaysia dan Indonesia memiliki karakteristik umum yang sama, isu-isu lama yang melibatkan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan perbatasan masih terus mencuat.
Ia meyakini Indonesia juga masih melihat Malaysia sebagai mitra penting terlihat dari presiden-presiden sebelumnya yang membuat Malaysia menjadi negara pertama yang dikunjungi secara resmi. "Secara simbolis, itu berarti dia (Jokowi) memandang Malaysia sebagai negara yang penting dalam konteks kebijakan luar negeri Indonesia. "Ini adalah awal yang baik dan indikasi yang baik dalam hubungan bilateral kita," kata Nor Azizan Idris.
Nor Azizan menilai Jokowi memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda dari pendahulunya dalam konteks kebijakan luar negeri, karena latar belakang politiknya. Ia menambahkan, meskipun kedua negara (hubungan masa lalu) berasal dari kekerabatan (serumpun) akan datang suatu titik di mana Indonesia bertindak atas kepentingan nasional.
"Segala sesuatu yang lain akan dikesampingkan, "katanya.
Mengutip contoh, Nor Azizan menunjuk pendekatan Indonesia yang dia nilai kontroversial dalam menanggulangi illegal fishing, yaitu menenggelamkan kapal-kapal yang memasuki teritori Indonesia tanpa izin. Ini telah meningkatkan kekhawatiran negara-negara tetangga, termasuk Malaysia.
"Indonesia kehilangan sekitar US$ 20 miliar setiap tahun melalui penangkapan ikan ilegal dan ada sekitar 5.000 kapal pukat ikan yang menerobos ke dalam perairan Indonesia. Indonesia selalu melihat dirinya sebagai kekuatan ekonomi dan maritim global. Apa yang mereka ingin tunjukkan adalah mereka bertindak berdasarkan kepentingan nasional dan tidak ada yang lain, "katanya.
Selain itu, Nor Azizan mengatakan karena kedua negara berbagi perbatasan bersama, isu-isu seperti buruh migran dan klaim teritorial yang tumpang tindih juga akan terus berlanjut.
Namun, dia melihat ada titik terang untuk membuat hubungan kedua negara lebih mulus. Dia percaya perusahaan patungan yang diusulkan oleh Malaysia untuk membuat mobil Asean dengan kolaborasi produsen mobil nasional Proton dengan Indonesia akan meringankan ketegangan hubungan yang disebabkan oleh masalah lama.Kunjungan ke pabrik Proton, menurut dia, adalah awal yang baik.
Baca juga:
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...