Malaysia Selidiki Hilangnya Aktivis Pro-demokrasi Myanmar
KUALA LUMPUR, SATUHARAPAN.COM - Kepolisian Malaysia menyatakan telah membuka penyelidikan atas hilangnya seorang aktivis demokrasi Myanmar beserta keluarganya.
Aktivis bernama Thuzar Maung itu, beserta suami dan tiga anaknya, dikhawatirkan diculik lewat operasi yang tampaknya terencana pada 4 Juli, kata Human Rights Watch (HRW), Selasa (18/7).
Pernyataan organisasi non-pemerintah yang fokus pada masalah hak asasi manusia itu didasarkan kepada saksi dan rekaman kamera pengawas di rumah sang aktivis di Selangor, Malaysia.
Keluarga yang hilang tersebut merupakan pemilik kartu pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Thuzar Maung melarikan diri ke Malaysia pada 2015 untuk menghindari kekerasan terhadap Muslim yang terus membesar di Myanmar.
"Pemerintah Malaysia harus segera bertindak untuk menemukan keluarga ini dan memastikan keselamatan mereka,” kata Direktur HRW Asia Elaine Pearson.
Kepala Kepolisian Selangor Hussein Omar Khan menyatakan telah membuka penyelidikan orang hilang setelah mendapatkan laporan keluarga tersebut hilang.
Dia tidak menjelaskan proses penyelidikan itu, namun menegaskan bahwa pihaknya akan “menyelidiki setiap kemungkinan adanya unsur pidana, termasuk penculikan."
Malaysia adalah salah satu pihak yang memprotes keras tindak kekerasan di Myanmar setelah junta menggulingkan pemerintahan yang terpilih secara demokratis pada Februari 2021.
Namun, Malaysia juga dikritik oleh aktivis hak asasi manusia karena mendeportasi ribuan warga negara Myanmar, termasuk militer Myanmar yang membelot.
Menurut HRW, Thuzar Maung mungkin menjadi sasaran karena mendukung gerakan pro-demokrasi Myanmar, tetapi tidak mengetahui siapa yang mesti bertanggung jawab atas insiden ini.
Thuzar Maung mengetuai Komunitas Pengungsi Muslim Myanmar dan memiliki lebih dari 93.000 follower Facebook.
Dia sering mengunggah kritik terhadap dugaan pelanggaran yang dilakukan junta Myanmar.
Kedutaan Myanmar di Kuala Lumpur enggan menjawab pertanyaan Reuters soal insiden ini.
Rekaman kamera pemantau menunjukkan pada 4 Juli sebuah mobil memasuki kawasan perumahan tempat Thuzar Maung, kata HRW.
Pengemudi mobil tersebut mengaku kepada penjaga keamanan bahwa dia polisi, tapi hasil identifikasi pihak berwajib menyimpulkan pelat nomor mobil itu palsu, kata HRW.
Sekitar dua jam setelah mobil tersebut masuk perumahan itu, seorang teman Thuzar Maung yang sedang berbicara dengannya via telepon, mendengar aktivis tersebut memberi tahu suaminya bahwa ada pria tak dikenal memasuki rumah mereka.
Tak lama kemudian, mobil yang sama dan dua mobil milik keluarga Thuzar Maung terlihat meninggalkan perumahan itu. Telepon milik aktivis tersebut dan anggota keluarganya juga dimatikan, pungkas HRW.
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...