Malaysia Usir Kapal Pendatang
LANGKAWI, SATUHARAPAN.COM – Malaysia mengusir dua kapal yang membawa 600 pendatang, saat kekhawatiran memuncaknya manusia perahu di kawasan tersebut.
“Tadi malam (Rabu (13/5), satu perahu didorong kembali setelah memasuki perairan Penang dan satu kapal lagi dicegah memasuki perairan Langkawi," kata pejabat, yang tak bersedia disebutkan jati dirinya, Kamis (14/5) seperti tertuang AFP.
Kapal itu dicegat di lepas pantai pulau Penang dan Langkawi, Malaysia utara, dan diberi tahu bahwa mereka tidak dapat mendarat. Perahu di lepas pantai Penang itu diberi air minum kemasan sebelum diusir Kepolisian Diraja Malaysia
Malaysia dan Indonesia bertekad melarang kapal pembawa pendatang putus asa dari Myanmar dan Banglades sesudah hampir 2.000 manusia perahu diselamatkan atau berenang ke pantai pada awal pekan ini.
Badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kelompok hak asasi menyatakan kemarahan atas kebijakan itu, dengan menyatakan ribuan pria, wanita dan anak-anak diyakini terjebak di laut dalam keadaan mengenaskan sesudah tindakan keras polisi Thailand menumpas jalur lama penyelundupan manusia.
Mereka memperingatkan bahwa mengusir kapal seperti itu dapat membunuh penumpang miskin, yang sudah terancam kelaparan dan penyakit sesudah berpekan-pekan di laut.
Beberapa pendatang baru-baru ini, yang menghabiskan hingga tiga bulan di kapal penuh sesak, melaporkan bahwa banyak dari sesama penumpang meninggal di laut ganas dan jasad mereka dibuang ke laut.
Pemerintah negara-negara kawasan menghadapi peningkatan seruan untuk segera melancarkan pencarian dan penyelamatan daripada mengusir perahu serta agar menggalang penanganan lonjakan arus pendatang tersebut.
Sebuah sumber kepolisian Thailand menyebut akan ada pertemuan kawasan pada 29 Mei tentang masalah tersebut karena saat ini di Thailand, hampir 200 pendatang, yang ditahan sejak negara itu melancarkan gerakan pemberantasan perdagangan manusia di wilayah selatan, akan diadili karena memasuki negara tersebut secara gelap.
Dalam dua pekan belakangan, polisi Thailand menangkap lebih dari 250 warga Rohingya, Myanmar dan Bangladesh, menyusul temuan puluhan kuburan di sarang rahasia dalam hutan, yang dikendalikan kelompok penyelundup.
Banyak pendatang ditinggalkan dalam keadaan menyedihkan di hutan terpencil di wilayah selatan Thailand, yang berbatasan dengan Malaysia. (Ant/AFP).
Editor : Eben Ezer Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...