Malcolm Turnbull akan Gantikan Abbott Jadi PM Australia

CANBERRA, SATUHARAPAN.COM - Malcom Turnbull akan menjadi perdana menteri Australia menggantikan Tony Abbott yang hanya memerintah selama dua tahun. Ini terjadi setelah Abbott kalah dari Turnbull dalam pemilihan internal di partainya dengan perolehan suara 44 melawan 54. Pemilihan internal ini diikuti oleh anggota parlemen dari Partai Liberal.

Perdana Menteri Australia, Tony Abbott  dipastikan terdepak dari kursinya menyusul pergolakan di intern partainya yang menjungkalkannya dari kursi ketua partai. Australia akan mendapatkan perdana menteri kelima dalam delapan tahun terakhir, setelah Partai Liberal yang berkuasa pada hari Senin (14/9) memilih menggeser Tony Abbott dan mendukung saingan lamanya, Malcolm Turnbull, sebagai ketua partai.

Berbicara kepada wartawan setelah ia memenangi pemilihan, Turnbull berkata, "tidak pernah ada waktu yang lebih menarik untuk hidup daripada hari ini, dan tidak pernah ada waktu yang lebih menarik untuk menjadi orang Australia," sebagaimana dikutip oleh The Telegraph.

Pemimpin baru itu juga mengatakan ia tidak akan mengubah kebijakan perubahan iklim yang telah "dirancang dengan sangat baik."

Kemenangan Turnbull merupakan puncak dari berbulan-bulan spekulasi dan runtuhnya dukungan dari pemilih kepada partai tersebut.

Reuters memberitakan hari ini (14/9), Turnbull, seorang miliarder mantan bankir dan entrepreneur teknologi, memenangkan pemilihan internal yang diikuti oleh anggota parlemen dari Partai Liberal, dengan suara 54-44, menurut tokoh Partai Liberal, Scott Buchholz kepada wartawan setelah pertemuan di Canberra.

Ucapan selamat kepada Turnbull lewat akun twitter antara lain datang dari Richard Branson. "Congrats @turnbullmalcolm. I wish you all the best and hope social progress & good governance follow," katanya lewat akun twitter @richardbranson.

Sementara Rupert Murdoch, salah satu pendukung utama Abbott tidak terlalu gembira dengan kekalahan jagoannya. "Sad to see such a decent man as Abbott toppled. Now Turnbull needs a November election before Labor sacks Shorten."