Loading...
EKONOMI
Penulis: Prasasta Widiadi 08:19 WIB | Jumat, 03 Juni 2016

Mama Elis Syukuri Produk Kopernik Sebagai Anugerah Tuhan

Dari kiri ke kanan: Asisten Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Ratna Susianawati, Ibu Inspirasi dari Yayasan Kopernik, Elisabeth Nogo Keraf atau yang biasa disapa Mama Elis, dan Associate Program Kopernik area Flores Timur, Dimas Fauzi dalam Lunch With Journalist, hari Kamis (2/6) di Restoran Laconda, Jl. Jend Sudirman Jakarta. (Foto: Prasasta Widiadi).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ibu Inspirasi dari Yayasan Kopernik, Elisabeth Nogo Keraf, atau yang biasa disapa Mama Elis, mengucap syukur kepada Tuhan sembari mengisahkan bahwa ada beberapa teknologi tepat guna yang disosialisasikan Yayasan Kopernik. Teknologi itu diharapkan membawa perubahan sosial bagi tempat tinggalnya, Desa Beuratan, Pulau Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Elis mengutarakan mayoritas penduduk tempat tinggalnya melakukan  kegiatan yang berbeda setiap hari, ada yang dari berkebun, memberi makan ternak babi, kambing,  kuda, ada yang menenun.

“Itu kegiatan di siang hari, kalau malam hari terkadang kami melakukan aktivitas gereja, atau perkumpulan desa,” kata Elis dalam bincang-bincang dengan sejumlah media pada Lunch With Journalist, hari Kamis (2/6) di Restoran Laconda, Jl. Jend Sudirman Jakarta.

“Kegiatan doa ini kita lakukan setiap hari karena mengucap syukur kepada Tuhan atas kegiatan yang telah kami lakukan, oleh karena itu biasanya kami berdoa ke Gua Maria,” kata Elis.

Saat warga desa hendak berziarah ke Gua Maria untuk berdoa di malam hari, biasanya  menggunakan lampu petromaks, Elis merasa terbantu dengan kehadiran Yayasan Kopernik di Pulau Lembata yang membawa banyak produk-produk penerangan.

Elis menjelaskan dia tinggal di sebuah wilayah di Nusa Tenggara Timur yang memiliki kesulitan listrik sehingga dia terkadang merasa iba saat melihat anak-anaknya dan anak-anak tetangganya yang belajar di malam hari menggunakan lampu petromak, atau lilin.

Dia takut apabila asap lampu tersebut berbahaya bagi kesehatan anak-anak karena belajar harus terlalu dekat, apalagi bahan bakarnya adalah minyak tanah yang dapat terbakar apabila lupa dimatikan.  

Perempuan yang bergabung dengan kopernik pada maret 2015 mengemukakan dia menjadi lebih percaya diri mengikuti pelatihan, menularkan produk-produk kopernik untuk di bidang penerangan, bahan bakar, air minum.

Dia menjelaskan setelah mendapat pelatihan dari Yayasan Kopernik dia termotivasi sehingga setelah pelatihan dia selalu menyempatkan diri bertemu dengan masyarakat. Diakuinya hal itu tidak mudah karena dengan kesibukan di mata pencarian setiap kepala keluarga hampir ada waktu untuk bisa berkumpul dengan warga lainnya di desa tersebut.

Dia mengambil contoh satu produk yakni  lampu S-300 (lampu bertenaga surya dari Yayasan Kopernik yang energinya dari sinar matahari), yang membantu kekhidmatan keluarganya saat berdoa  di Gua Maria. 

“Dengan hadirnya penerangan itu, rasanya kuasa Tuhan sungguh luar biasa dan Tuhan sungguh baik karena memberi teknologi tepat guna ini bagi kami yang berkekurangan,” kata Elis.  

Teknologi Tepat Guna

Elis mengemukakan bahwa banyak teknologi tepat guna yang saat ini dirasakan membantu aktivitas warga di desanya. Salah satu teknologi lainnya yakni penyaring air, yang terbuat dari bahan sederhana yakni dengan dua toples plastik yang disusun memanjang ke atas, dan ditambah filter air di toples bagian atas.

Dengan sedikit selang air mentah yang dituang dari bagian atas akan melalui proses penjernihan hingga dapat langsung diminum setelah melewati toples bagian bawah.

“Pekerjaan utama kami ada yang bertani ada juga yang menenun, dan ada kesibukan lainnya seperti mengurusi ternak, nah kalau kita di sore hari sudah letih, dengan adanya filter air itu kita tidak perlu masak air lagi,” kata Elis.

Elis menjelaskan air di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah barang yang langka karena apabila penduduk ingin memperoleh air harus berjalan kaki dalam durasi hampir dua jam. “Kita bisa saja mencari air di sumber mata air, tapi kualitas air belum tentu baik, di setiap rumah memang ada kamar mandi  tapi air terbatas karena curah hujan kecil sekali,” kata Elis.  

Elis menambahkan warga di sekitarnya terbuka terhadap perubahan karena teknologi tepat guna merupakan hal yang paling dinanti-nantikan sejak lama.  

Dalam kesempatan yang sama Associate Program Kopernik area Flores Timur, Dimas Fauzi menjelaskan kegiatan yang dilakukan Kopernik yakni kegiatan yang melibatkan perempuan, sehingga  disebut Ibu Inspirasi. “Perempuan merupakan pengambil keputusan dalam rumah tangga yang dapat menjadi agen perubahan,” kata Dimas.

Dimas menjelaskan Kopernik yayasan yang mendistribusikan teknologi yang dibutuhkan oleh daerah terpencil di Indonesia, seperti lampu tenaga surya, kompor biomas dan saringan air. “Ibu Inspirasi, salah satunya adalah Mama Elis, berperan mensosialisasikan teknologi tersebut pada masyarakat sekitar,” kata Dimas.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home