Mantan PM Mesir Ajukan Enam Poin Mengatasi Situasi Krisis
KAIRO, SATUHARAPAN.COM – Menjelang pawai rakyat Mesir yang diserukan oleh Panglima Militer untuk mendunjukkan dukungan bagi rekonsiliasi nasional melalui road map yang ditawarkan, mantan Perdana Menteri Mesir mengajukan enam poin untuk mengatasi situasi kritis di negara itu.
Hisham Qadil, mantan PM di bawah Presiden Mohammed Morsi, dalam sebuah pernyataan video yang dirilis pada Kamis (25/7), mengecam tindakan Panglima Militer, Jenderal Abdel Fattah-El-Sisi yang mengundang demonstrasi pro-militer hari Jumat ini untuk mendukung tindakan terhadap "kekerasan dan terorisme".
Qandil mengatakan, yang dibutuhkan Pemerintah Sementara Mesir untuk mengatasi situasi krisis adalah dengan menyelesaikan masalah ketidakadilan yang dirasakan sejak Morsi digulingkan bulan lalu.
Dia menyerukan, pembebasan bagi semua tahanan yang ditangkap dalam protes anti-Morsi yang dimulai pada 30 Juni. Dia meminta diakhirinya proses hukum dan pembekuan aset mereka yang ditangkap.
Selain itu, Qadil mengusulkan untuk membentuk misi pencari fakta berkaitan dengan kematian sejumlah demonstrator pro-Morsi oleh kelompok Garda Republik pada 8 Juli.
Untuk itu, kata Qandil, delegasi misi tersebut harus mengunjungi Morsi dalam tahanan untuk memeriksa kesehatan dan kesejahteraannya. Morsi belum terlihat sejak digulingkan bulan lalu, dan keberadaannya belum diketahui.
Yang terakhir, Qandil menyerukan diakhirinya semua retorika di media dan menghindari memperhadapkan demonstrasi dengan demonstrasi. Dan ditambahkan hal itu untuk menciptakan situasi yang memungkinkan berbagai pihak maju dalam negosiasi.
Potensi Kekerasan
Dikhawatirkan kelompok pendukung Morsi dan rakyat Mesir yang menentangnya akan keluar di jalan-jalan dan berpotensi terjadi kekerasan berdarah pada Jumat ini.
Dilaporkan bahwa sejumlah pendukung Morsi telah menyiapkan perbekalan, termasuk jarum suntik, perban dan tenda menjelang demonstrasi beberapa jam mendatang untuk mengantisipasi korban kekerasan.
Selain itu, kelompok liberal dan sekuler di Mesir telah menyatakan dukungannya untuk demonstrasi hari ini. Namun ada tuduhan bahwa kelompok Ikhwanul Muslimin berusaha menghasut untuk kekerasan.
Perdana Menteri, Hazem el-Beblawi, mengatakan ada kekerasan yang meningkat dan senjata pada pengunjuk rasa. Hal ini berkaitan dengan terjadinya serangan bom di kantor polisi.
"Kehadiran senjata, intimidasi, dan ketakutan, hal ini menyebabkan kekhawatiran, terutama bila ada seruan pada banyak orang untuk keluar dan mereka dari sisi yang berbeda," kata dia dalam konferensi pers.
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...