Massa Serbu Kedubes Saudi di Teheran
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM - Massa yang menggelar protes atas eksekusi Arab Saudi terhadap seorang ulama terkemuka Syiah melemparkan bom molotov dan menyerbu kedutaan besar Saudi di Teheran pada hari Sabtu (2/1) sebelum dibubarkan polisi, lapor kantor berita ISNA.
Insiden tersebut terjadi beberapa jam setelah pengumuman kematian Nimr al-Nimr (56), tokoh utama dalam protes antipemerintah di Saudi sejak 2011.
Eksekusi itu memicu kecaman keras dari Iran dan Irak yang didominasi Syiah.
Nimr, yang menghabiskan lebih dari satu dekade mempelajari teologi di Iran, adalah salah satu dari 47 orang Syiah dan Sunni yang dieksekusi pada Sabtu atas dakwaan terorisme.
Iran merespons eksekusi Nimr dengan mengatakan bahwa “pemerintah Saudi mendukung gerakan teroris dan ekstremis, tapi menghadapi kritikan dari dalam negeri dengan penindasan dan eksekusi.”
Mereka “akan membayar mahal karena mengikuti kebijakan ini,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Hossein Jaber Ansari.
UE: Eksekusi Timbulkan Kekhawatiran Serius
Uni Eropa pada Sabtu (2/1) menyampaikan kekhawatiran serius atas eksekusi Arab Saudi terhadap seorang ulama terkemuka Syiah Nimr al-Nimr, memperingatkan hal itu bisa menimbulkan “konsekuensi serius” untuk sebuah kawasan yang dilanda ketegangan sektarian.
“Kasus Sheikh Nimr al-Nimr menimbulkan kekhawatiran serius sehubungan dengan kebebasan berekspresi dan respek terhadap hak sipil dan politik, untuk merasa dijaga dalam semua kasus, juga dalam rangka melawan terorisme,” kata kepala kebijakan luar negeri UE Federica Mogherini dalam sebuah pernyataan.
“Kasus ini juga berisiko memperparah ketegangan sektarian yang sudah menyebabkan kerusakan besar terhadap seluruh kawasan, dengan konsekuensi berbahaya,” ujarnya.
Salah satu dari 47 orang yang dieksekusi di Arab Saudi pada Sabtu adalah Nimr (56) seorang pemimpin Syiah karismatik yang menyampaikan pidato berapi-api untuk meminta lebih banyak hak bagi minoritas di kerajaan yang dikuasai Sunni tersebut.
Dia adalah salah satu orang yang menggalang demo pada 2011 di wilayah timur Saudi, dan eksekusinya menuai kemarahan di seluruh Timur Tengah, termasuk Iran yang memperingatkan Riyadh akan membayar “mahal” atas eksekusi tersebut. (AFP)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...