Mata Uang Negara Berkembang Asia Menguat Terhadap Dolar
TOKYO, SATUHARAPAN.COM – Mata uang negara-negara berkembang Asia yang bergantung pada perdagangan dengan Tiongkok naik terhadap dolar pada hari Selasa (22/12), karena harapan Beijing akan mendorong reformasi baru setelah pertemuan kebijakan akhir pekan lalu.
Penguatan unit negara berkembang terjadi ketika reli greenback yang dipicu kenaikan suku bunga The Fed minggu lalu mereda, dengan para analis mengatakan tidak akan mungkin didorong lebih tinggi lagi, sementara investor mengawasi rencana kenaikan mendatang oleh Federal Reserve.
Setelah pertemuan rahasia empat hari yang berakhir hari Senin, perencana ekonomi Tiongkok mengatakan mereka akan memerangi utang pemerintah daerah dan mendorong perubahan di sektor perumahan untuk menopang pertumbuhan.
Mereka juga mengatakan, mereka akan "memungkinkan pasar untuk memainkan peran yang lebih besar" dan "memperkuat reformasi struktural", kantor berita resmi Tiongkok Xinhua melaporkan.
Pengumuman ini keluaran terbaru dari Beijing setelah pemerintah berjanji untuk membebaskan ekonomi nomor dua dunia itu dan melaksanakan reformasi pada perusahaan-perusahaan milik negara yang besar.
Mata uang dari negara-negara yang memiliki hubungan kuat dengan Tiongkok naik terhadap dolar.
Dolar Australia naik 0,45 persen, rupiah Indonesia melonjak 1,17 persen, dan baht Thailand 0,1 persen lebih tinggi. Won Korea Selatan dan dolar Singapura juga maju.
"Stimulus Tiongkok positif bagi perekonomian dan banyak investor yang mengukur dampak umum setiap langkah-langkah baru serta dampak jangka panjang dari kenaikan suku bunga The Fed," kata Attila Vajda, direktur pelaksana perusahaan penasehat Project Asia Research & Consulting.
Dolar juga bersusah payah terhadap saingan utamanya, dibeli 121,26 yen terhadap 121,21 yen di New York dan juga turun dari lebih dari 123 yen pekan lalu.
Yen juga didukung oleh keputusan bank sentral Jepang (BoJ) meningkatkan stimulusnya pada Jumat, yang secara luas dilihat sebagai tidak cukup untuk mendukung ekonomi.
Euro naik tipis menjadi 1,0917 dolar dan 132,39 yen, dari 1,0915 dolar dan 132,20 yen di perdagangan AS, di mana ia telah merosot akibat aksi ambil untung karena investor menyesuaikan posisinya sebelum akhir tahun.
"Yang terbaik telah berlalu untuk dolar AS saat ini," Shane Oliver, kepala strategi investasi AMP Capital Investor di Sydney mengatakan kepada Bloomberg Television. (AFP/Ant)
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...