Mayjen Imam Edy Mulyono Diangkat Sebagai Komandan Misi PBB di Sahara Barat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM Asisten Khusus Kepala Staf Angkatan Darat, Mayor Jenderal TNI Imam Edy Mulyono diangkat menjadi Komandan Pasukan Misi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Referendum di Sahara Barat (Force Commander United Nations Mission for the Referedum in Western Sahara / MINURSO). Pengangkatan itu diumumkan secara resmi oleh Sekjen PBB, Ban Ki-moon, hari Selasa (27/8) di New York.
"Mayjen Mulyono diangkat pada posisi barunya terkait pengalaman militer secara nasional dan internasional yang luas, termasuk dalam komando dan tugas sebagai staf militer," kata juru bicara Sekjen PBB dalam pernyataannya.
Mulyono bertugas dalam Operasi Penjaga Perdamaian dan sebelumnya menjabat sebagai Staf Senior untuk Pusat Pelatihan dan Komandan Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia.
Dia bergabung dalam Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada tahun 1984. Dia pernah memimpin sebuah pasukan infanteri dan sebuah batalyon infanteri sebelum menjadi Pengajar pada Sekolah Komando Staf Angkatan Darat .
Mulyono akan menggantikan Mayor Jenderal Abdul Hafiz dari Bangladesh, yang tugasnya berakhir pada tanggal 23 Juli. "Sekretaris Jenderal sangat berterima kasih kepada Mayor Jenderal Hafiz untuk pelayanan, keteladanan dan kontribusinya pada MINURSO sejak Juli 2011," kata pernyataan itu.
Mayjen Imam Edi Mulyono merupakan Perwira TinggiTinggi TNI ketiga dari Indonesia yang mendapatkan kepercayaan menduduki jabatan strategis pada pasukan perdamaian PBB. Pada tahun 1976-1978, Mayjen Rais Abin menduduki posisi Force Commander pada UN Emergency Force (UNEF) di Mesir, dan Brigjen Susilo Bambang Yudhoyono menjabat sebagai Chief Military Observer pada misi United Nations Transitional Authority in Eastern Slavonia, Baranja and Western Sirmium (UNTAES), Kroasia (1995-1996).
Mayjen Mulyono sebelumnya menjabat Komandan Pusat Misi Pemelihara Perdamaian (PMPP) TNI (2011-2013) dan juga terlibat dalam sejumlah operasi Misi Perdamaian PBB, di antaranya sebagai Observer Militer pada Misi PBB UNOMIG (United Nations Observer Mission in Georgia).
Mulyono memperoleh gelar Master dari Nanyang Technological School di Singapura dan merupakan alumni United Nations Senior Mission Leader Course di Mako PMPP TNI, Sentul, Jawa Barat.
MINURSO
MINURSO dibentuk pada tahun 1991, dan bertugas memantau gencatan senjata di Sahara Barat, serta mengorganisir referendum tentang penentuan nasib sendiri bagi rakyat di kawasan itu.
PBB telah terlibat dalam upaya mencari penyelesaian damai di Sahara Barat sejak tahun 1976. Ketika itu pertempuran pecah antara Maroko dan Polisario Frente setelah pemerintahan kolonial Spanyol meninggalkan wilayah tersebut.
MINURSO merupakan misi Pasukan Perdamaian PBB (United Nations Peace Keeping Operations/UN PKOs) yang dibentuk berdasarkan resolusi Dewan Keamanan No. 690 (1991), sejalan dengan kesepakatan antara Pemerintah Maroko dan kelompok Frente Popular para la Liberacin de Saguia el-Hamra y de Ro de Oro (Frente POLISARIO), pada tanggal 30 Agustus 1988.
MINURSO dimandatkan untuk sejumlah tugas, di antaranya mengawasi gencatan senjata, memverifikasi penurunan jumlah pasukan Maroko di wilayah Sahara Barat serta memastikan terselenggaranya referendum yang bebas dan adil dalam penentuan nasib rakyat di wilayah Sahara Barat. (un.org)
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...