Media Diminta Tidak Tebang Pilih Ungkap Panama Papers
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Sementara pengungkapan Dokumen Panama atau Panama Papers telah mendapat apresiasi di banyak negara, kritik juga muncul, karena informasi yang disajikan tidak lengkap bahkan cenderung dinilai selektif atau apa yang populer dengan sebutan tebang pilih.
Mantan pegawai badan intelijen AS, CIA, Ray McGovern, mengeritik bagaimana media telah secara khusus menjadikan Presiden Rusia, Vladimir Putin, sebagai sasaran pengungkapan Panama Papers. Dan ia menduga ada agenda tertentu dari lembaga yang berada di belakang pengungkapan Panama Papers.
"Semua yang berada di belakang perusahaan pers dikontrol oleh korporasi yang diuntungkan dari perang dan memiliki kepentingan untuk menciptakan ketegangan --semua ini adalah orang-orang pers Barat, seperti the Guardian, sedang melancarkan kampanye hitam kepada Putin. Padahal nama dia tidak ada dalam dokumen-dokumen itu," kata Ray sebagaimana dilansir oleh rt.com.
Oleh karena itu, McGovern menila lembaga yang mengklaim memegang data Panama Papers, wajib membuka semua dokumen yang dimilikinya kepada publik.
"Ada kewajiban bagi orang-orang yang memegang dokumen-dokumen ini untuk membuka teks secara lengkap. Saya mengingatkan bahwa poin utama (dari pengungkapan Panama Papers) belum muncul, semua yang kita lihat sejauh ini adalah apa yang oleh korporasi media dipilih untuk kita, sementara tentu (ada) orang di AS yang tidak ingin (semuanya) dirilis sampai selesainya pemilihan presiden," kata McGovern.
Hal yang sama dikatakan oleh Annie Machon, mantan agen badan intelijen Inggris, MI5. Menurutnya, setiap media memiliki agenda dan kepentingan dan hal itu harus diketahui untuk memahami pemberitaan Panama Papers.
Machon berpendapat dengan memuat dokumen yang bocor, media sering kehilangan kontrol dalam upaya memaksimalkan gema pemberitaannya. Daripada menahan informasi yang mereka miliki, menurut Machon, media lebih baik membuka semua informasi yang mereka miliki sehingga tidak menimbulkan misteri.
Saat ini, kata dia, media telah "membuat percikan," dan karena itu harus menempatkan semua informasi yang ada dapat diakses oleh semua orang untuk diteliti. Apalagi di era "crowdsourcing jurnalisme dan crowdsourcing democracy, yang sudah menjadi kebutuhan global.
Sementara itu, International Consortium of Investigative Journalist (ICIJ), lembaga yang bertanggung jawab atas pengungkapan lebih dari 11,5 juta dokumen yang bocor milik firma hukum Mossack Fonsenca itu, mengatakan pihaknya sedang mempertimbangkan membuka akses data mereka kepada media-media yang menginginkannya.
Kesempatan semacam itu, sebagaimana pendekatan kolektif yang dilakukan oleh ICIJ dalam mengungkapkan cerita Panama Papers, diharapkan akan mempercepat lagi pembongkaran transaksi keuangan melalui perusahaan offshore yang kini telah menjadi pembicaraan luas.
Marina Walker, wakil direktur ICIJ, mengatakan bahwa kelompok itu akan mempertimbangkan memberikan akses ke organisasi berita yang mendukung usaha pengungkapan Panama Papers.
Namun, ia menegaskan tidak berjanji untuk memberikan akses kepada semua orang, tapi akan membuat keputusan berdasarkan negara dimana mereka belum memiliki kerjasama dan membutuhkan keahlian mereka.
Editor : Eben E. Siadari
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...