Media Kristen Terkemuka Ajak Umat Tidak Pilih Donald Trump
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Para redaktur senior sebuah media online Kristen terkemuka menyerukan perlawanan terhadap kandidat utama calon presiden Partai Republik, Donald Trump.
Dalam tajuk rencananya, koran The Christian Post mengatakan bahwa miliarder itu tidak mewakili nilai-nilai Kristen, seraya mengutip penolakan Trump untuk mengingkari dukungan Ku Klux Klan dalam sebuah wawancara pada hari Minggu (28/2) dan pengakuannya bahwa ia tidak pernah meminta pengampunan atas dosa-dosanya.
Surat kabar itu menyebut Trump sebagai seorang "pembenci wanita dan hidung belang," dan mengklaim bahwa ia "merendahkan perempuan dan minoritas."
"Kami para redaktur senior The Christian Post mendorong pembaca kami untuk meninggalkan Donald Trump," tulis editorial itu.
"Sementara orang-orang Kristen merasa bersalah atas hal-hal seperti ini," tulis editorial itu, "kita, tidak seperti Trump, mengakui dosa-dosa kita, meminta pengampunan dan mencari pemulihan dengan bantuan Roh Kudus dan komunitas orang-orang percaya."
The Christian Post juga menyoroti tekad Trump untuk mengubah undang-undang yang berkaitan dengan pencemaran nama baik dengan maksud untuk mempermudah menuntut surat kabar yang mengkritik dia.
Surat kabar itu mencurigai Trump akan menggunakan kekuasaannya untuk membungkam umat Kristen.
Merujuk pada kekekaguman Trump pada Presiden Rusia, Vladimir Putin, The Christian Post mengatakan Trump tidak bisa dipercaya untuk mau menghormati batas-batas yang dikenakan oleh konstitusi.
Para editor surat kabar tersebut mengatakan Trump "bisa saja mengklaim untuk menjadi teman Anda dan menjadi pelindung Anda sekarang," tetapi, lanjut editorial itu, Trump bisa saja berbalik dan menghukum dengan kekuatan apa pun yang ada padanya."
"Ini bukan waktunya untuk Donald Trump," editorial itu menyimpulkan.
Sebelumnya, The Christian Post tidak pernah mengambil posisi politik terhadap kandidat capres AS. Kali ini, menurut media itu, adalah untuk pertama kalinya dan ini adalah pengecualian.
"The Christian Post belum pernah mengambil posisi politik terhadap kandidat presiden sebelum hari ini. Kami membuat sebuah pengecualian karena Trump sangat buruk dan mengklaim berbicara dan mewakili kepentingan Kristen Injili," kata The Christian Post.
The Christian Post adalah media online Kristen yang berkantor pusat di Washington, berdiri pada 2004. Media ini melaporkan berita-berita dalam dan luar negeri serta memuat komentar dan pendapat yang berpengaruh pada umat Kristen lintas denominasi.
Media ini mengklaim tidak berdiri bersama seluruh denominasi dan tidak mengistimewakan denominasi atau kongregasi tertentu.
The Christian Post adalah anggota dari Evangelical Press Association, juga anggota dari National Association of Evangelicals, dan mitra global dari World Evangelical Alliance.
Editor : Eben E. SiadariKorban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...