Memaafkan Diri Sendiri
Mengoreksi diri merupakan keniscayaan.
SATU HARAPAN.COM – Lagu Elton John berjudul ”Sorry seems to be the hardest word” bercerita tentang putus cinta akibat sulitnya meminta maaf. Meminta maaf kepada orang yang dirugikan adalah kunci hubungan harmonis. Antara bawahan dan atasan (jangan lupa, ini dua arah, bukan hanya bawah ke atas), antarpasangan, antara orang tua dan anak, juga antarteman. Tidak semua permohonan maaf perlu dikatakan secara eksplisit. Bahasa tubuh yang jelas, seperti memeluk, itu cukup menandakan keretakan ingin diperbaiki.
Bagaimana keretakan dengan diri sendiri? Adakah persoalan semacam itu? Nyatanya banyak sekali. Bahkan kebanyakan orang yang memiliki persoalan dengan orang lain sesungguhnya sebelumnya mempunyai persoalan dengan diri sendiri. Retak hubungan dengan diri sendiri. Tidak mengenal diri sendiri, sehingga kejadian yang tak enak cenderung dipersalahkan kepada pihak luar. Tidak ada self correction. Sesungguhnya, mengenal diri sendiri adalah esensial karena dengan demikian bisa menerima diri apa adanya. Dan karena bisa menerima diri itulah, maka mudah mengakui kesalahan.
Semua orang melakukan kesalahan. Memaafkan diri sendiri atas kesalahan yang disadari dan akan diperbaiki itu perlu. Karena hanya dengan itu, diri sendiri dapat dikasihi. Ibarat melepaskan setrika panas dari tubuh sendiri: ada rasa lega luar biasa karena panas diangkat. Dan sekalipun bekas luka panas akan menetap, tetapi kehidupan akan bisa terus berlangsung, bahkan bisa lebih baik karena telah belajar dari bekas luka panas. Menjadi seorang yang lebih baik sering kali merupakan hasil dari pernah berbuat kesalahan yang kemudian disadari dan diperbaiki.
Yang salah adalah memaafkan diri sendiri karena mencari alasan untuk membuat pembenaran atas kesalahan diri sendiri. Itu namanya mencelakakan diri yaitu memaafkan diri sendiri, yang menjadikan orang lain atau lingkungan sebagai sumber kesalahan. Mencari kambing hitam. ”Sembilan puluh sembilan persen kegagalan manusia disebabkan oleh orang yang memiliki kebiasaan mencari excuse bagi diri sendiri,” kata George Washington Carver, seorang botanis.
Penyebabnya, karena di sini tak ada keinginan berubah untuk menjadi semakin baik. Yang salah adalah orang lain, bukan saya. Dan tentu akibatnya gagal lagi. Selalu mencari pembenaran. Dan selalu gagal. Selama orang masih mencari pembenaran atas kesalahan diri sendiri, selama itu juga keberhasilan tak akan menghampirinya. Manusia paling celaka adalah mereka yang mempunyai kebiasaan mencari kambing hitam atas kegagalannya.
Kedua hal di atas adalah hal yang berbanding terbalik. Yang satu, kesediaan menyadari kesalahan dan meminta maaf atas kesalahan dan selanjutnya memperbaiki. Yang kedua, memaafkan diri sendiri dengan niat mencari kambing hitam. Keduanya pasti membuahkan hasil yang terbalik pula. Kemenangan adalah bagi mereka yang memiliki kesediaan mengoreksi diri.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...