Misi Pejuang Lupus: Remisi
Lupus dapat dikendalikan
SATUHARAPAN.COM – Tiada hari tanpa minum obat. Orang-orang yang dipercaya mengemban suatu penyakit berat pasti pernah merasakan hal tersebut. Saya pun demikian. Hari saya diawali dengan aktivitas minum obat dan diakhiri dengan kegiatan yang sama. Kebetulan, saya dipercaya Tuhan untuk mengasuh Lupus di dalam tubuh saya. Keberadaan Lupus yang manja mengharuskan saya menyuapnya dengan permen alias obat supaya ia tenang. Saya tidak sendirian, di luar sana, ada banyak Odapus (Orang dengan Lupus) dengan variasi gejala, termasuk variasi pola konsumsi obat.
Bosankah kami menenggak obat hari demi hari? Sejujurnya iya! Saya tidak memungkiri ada rasa jenuh yang dialami Odapus saat berhadapan dengan obat, meskipun pekerjaan saya sebagai instruktur dalam sosialisasi Lupus selalu lantang menyerukan kalimat: ”Disiplinlah berobat! Bosan bukan alasan berhenti pengobatan.”
Obat adalah sahabat. Tetapi, setiap Odapus memiliki cita-cita yang sama, yakni remisi lepas obat total. Sebab sebaik-baiknya obat, ia tetap membawa efek jangka panjang yang ngeri. Untuk remisi, Odapus hanya harus menurunkan dosis obat secara perlahan. Penerapan dosis minimal bukan perkara mudah. Pertimbangan medis dokter dan psikologis pasien harus sesuai. Ada tahap-tahap yang harus dilewati.
Pertama, kenalilah diri sendiri dan juga Lupus yang kita bawa. Kita harus mengerti bagaimana cara memperlakukan Lupus. Kita harus paham betul batasan yang kita miliki. Tujuannya jangan sampai memaksakan diri menurunkan dosis tanpa peduli kebutuhan tubuh dan Lupus. Jangan lupa bahwa ada segudang faktor lain yang mempengaruhi Lupus, seperti pola makan, pola istirahat dan tingkat stres!
Kedua, konsultasi dengan dokter pemerhati Lupus, dan carilah referensi dari Odapus lain. Dalam menangani Lupus, kita tidak boleh menjadi satu-satunya pengambil keputusan. Apa lagi untuk pasien baru. Untuk ini kita hanya perlu niat untuk bereksplorasi dengan pengalaman orang lain. Setelahnya, pilah dan pilih secara bijak.
Ketiga, adalah yang paling berat, yakni terapkan dosis minimal dengan penuh keyakinan, dengan nyali yang besar untuk menanggung segala konsekuensi dan semua itu dilakukan atas sepengetahuan pihak berwajib (dokter, keluarga, sahabat Odapus lain). Kalau kata bijak Jawa: yen wedi – ojo wani-wani, lan yen wani – ojo wedi-wedi. Jika berani, maka jangan takut gentar. Jika takut, maka jangan nekat.
Obat adalah sahabat. Aktivitas minum obat bagi Odapus jangan dilihat sebagai kewajiban, tetapi sebagai sebuah gaya hidup. Jika kita menempatkan minum obat sebagai kewajiban, suatu saat kita akan lelah. Tetapi jika dilakukan sebagai gaya hidup, kita tidak merasa terpaksa, justru menikmati saja hidup dengan obat. Nikmatilah, dengan berobat, kita belajar mendisiplin diri. Dengan disiplin diri, Lupus dapat dikendalikan.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...