Mudik yang Bermartabat
Pembenahan infrastruktur mudik merupakan keniscayaan.
SATUHARAPAN.COM – Sebentar lagi budaya massal arus mudik akan berlangsung. Para pendatang urban di kota-kota besar akan hijrah untuk sementara waktu bersilaturahmi dengan keluarga di kampung halamannya masing-masing. Mudik ke kampung halaman memiliki nilai sosial sebagai perekat kembali perjumpaan dengan keluarga setelah sekian lamanya tidak berjumpa. Ibarat tali yang nyaris putus karena jarak disambung kembali. Ikatan yang menguatkan, mengakrabkan dan menghubungkan tali silaturahmi. Namun, arus mudik menimbulkan kekhawatiran mengenai keamanan dan kenyamanan dalam perjalanan serta keselamatan diri.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, para pemudik yang menggunakan sepeda motor sangatlah banyak. Pilihan mudik dengan menggunakan sepeda motor meski dirasakan lebih praktis dan ekonomis, namun memiliki tingkat kenyamanan rendah dan risiko besar. Namun apa boleh buat, pilihan tersebut menjadi pilihan wajar bagi masyarakat di tengah minimnya pelayanan transportasi publik. Belum lagi harga tiket yang melambung tinggi hingga dua sampai berkali- kali lipat, ataupun ketiadaan tiket karena sudah diborong habis para calo. Sementara itu, kenyamanan dan kerawanan di jalan raya dibayang-bayangi dengan kerusakan jalan dan jembatan, serta berbagai infrastruktur lainnya yang hingga kini hanya diperbaiki dengan cara tambal sulam.
Dari semua karut marut ini siapa yang paling bertanggung jawab untuk memperbaiki? Pemerintah perlu memerhatikan dan melakukan perbaikan dalam rangka menyiapkan dan memfasilitasi hajatan mudik dengan baik demi kelancaran dan mobilitas masyarakat menjelang lebaran. Caranya? Segera memperbaiki jalan dan jembatan yang rusak. Meningkatkan pelayanan di terminal, stasiun, pelabuhan, bahkan bandara udara demi kelancaran, kenyamanan, dan keamanan para mudik. Menyediakan ruang dan tempat istirahat (rest area) yang layak sehingga para pemudik dapat memulihkan kebugaran tubuhnya, hingga bisa melanjutkan perjalanan. Bekerja sama dengan perusahaan dan instansi swasta untuk melakukan mudik bareng.
Perlu diingat, mudik sebagai budaya masyarakat selalu berlangsung tiap tahunnya. Jadi, sangat lucu jika perbaikan dan perubahan kepada kondisi yang lebih baik dari tahun ke tahun tidak tercipta. Pembenahan infrastruktur mudik merupakan keniscayaan.
Kemanusiaan kita sangatlah bernilai. Para pemudik perlu mendapat kepastian keselamatan diri untuk tiba di kampung halamannya, hingga kembali ke rumahnya. Bersama kita mempunyai tanggung jawab menjadikan mudik yang bermartabat, sehat dan selamat.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...