Memurnikan dan Membersihkan
Bertobat berarti berbalik dari cara lama ke cara baru.
SATUHARAPAN.COM – ”Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu.” (Mal. 3:2).
Demikianlah nubuat Maleakhi tentang Mesias, yang digambarkan sebagai api tukang pemurni logam dan sabun tukang penatu. Mesias digambarkan sebagai api dan sabun—pribadi yang memurnikan sekaligus membersihkan. Tugas-Nya: memurnikan yang cemar dan membersihkan yang kotor. Karena itulah, Sang Nabi berkeyakinan tak banyak orang yang tahan berhadapan dengan-Nya. Kebanyakan manusia cemar dan kotor.
Maleakhi menubuatkan Mesias sebagai api. Bukan api yang menghanguskan, tetapi memurnikan. Dalam industri emas, api berfungsi memisahkan kotoran dari emas murni. Dengan api, tukang pandai emas dapat pula memisahkan emas murni dari logam-logam lainnya. Kita biasa menyebutnya logam mulia karena tidak dicemari logam lainnya.
Tugas api bukanlah menghancurkan emas, namun memurnikannya. Logam tersebut tak musnah dalam nyala api. Semakin panas nyala api, semakin terlihat mana yang tulen dan mana yang palsu.
Maleakhi juga menggambarkan Mesias sebagai sabun. Sabun berfungsi membersihkan pakaian. Sabun tersebut tidak dimaksudkan untuk mengoyakkan pakaian, tetapi menghilangkan kotoran. Tugas sabun bukan pula membuat pakaian berubah warna atau melunturkannya. Sabun bertugas menghilangkan noda.
Persoalannya: apakah manusia mau dimurnikan dan dibersihkan? Untuk itu, perlu pengakuan diri terlebih dahulu. Manusia harus mengaku secara tulus dan tanpa paksaan: apakah dia sungguh cemar dan kotor? Tanpa itu, dia tidak butuh pemurnian dan pembersihan Mesias.
Tujuan dasar Mesias melakukan semua itu ialah agar manusia layak mempersembahkan kurban kepada Tuhan. Dengan kata lain: supaya manusia pantas berdiri di hadapan Tuhan.
Dalam bagian ini, Maleakhi hendak mengingatkan umat akan beda hakikat antara Allah dan manusia. Allah itu murni, suci, dan kudus. Oleh karena itu, jika hendak bersekutu dengan Allah yang murni, suci, dan kudus itu, manusia pun harus mau dimurnikan, disucikan, dan dikuduskan oleh Allah sendiri.
Oleh karena itu, pesan Yohanes Pembaptis menjadi sangat relevan pada Minggu Adven II (lih. Luk. 3:1-6). Anak Zakharia itu menyerukan pertobatan yang sungguh. Bertobat berarti berbalik dari cara lama ke cara baru. Baptisan menjadi tanda perubahan dari kematian cara hidup lama ke kebangkitan cara hidup baru.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...