Mendag akan Petakan Hambatan Ekspor di Berbagai Industri
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Hambatan yang terjadi bagi eksportir saat ini akan coba diurai oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag).
“Banyak hal yang kita harus lakukan untuk mengurai penghalang kemajuan ekspor Indonesia, karena saat ini ada beberapa hambatan yang harus kita atasi, misalnya ada hambatan di pelabuhan, dan kita harus memetakan hambatan-hambatan lain yang menyebabkan cost (biaya) dari hasil produksi itu bisa meningkat secara tidak terduga,” kata Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel kepada para pewarta di Gedung Utama Lantai 5 Kementerian Perdagangan, Jalan Muhammad Ihwan Ridwan Rais, Jakarta, Selasa (17/3).
Rachmat menjelaskan upaya-upaya tersebut akan dilakukan selain menambah insentif kepada para pengusaha yang hendak melakukan ekspor.
Rachmat mengaku masih akan mempelajari bagaimana potensi pelemahan rupiah berpengaruh ke ekspor, dia mengandaikan industri atau pengusaha tidak hanya menekan biaya produksi tetapi juga harus memperhatikan hambatan-hambatan lainnya.
“Saat ini kita masih akan melakukan pemetaan mana saja yang berbiaya tinggi,” Rachmat menambahkan.
Rachmat memberi contoh sebuah pabrik mebel. Dia menyebut ada beberapa faktor yang menyebabkan ekspor mebel menjadi mahal, seperti biaya di pelabuhan apakah itu biaya resmi atau tidak. Di sisi lain, Kemendag kemungkinan akan memberi pengarahan kepada pengusaha untuk memotong ongkos produksi seminimal mungkin.
Berbicara tentang optimisme di pasar Asia Tenggara, Rachmat menjelaskan Otomotif dan CPO (Crude Petroleum Oil) dapat menjadi salah satu unggulan ekspor Indonesia dibanding negara-negara di kawasan Asia Tenggara lainnya.
“Yah kita optimis lah kalau kawasan ASEAN, kita lihat untuk kebijakan di bidang otomotif, dulu sempat ada produk ternama yang punya pabrik di Thailand sekarang kita bangga ada yang perakitannya di Indonesia,” Rachmat mengakhiri penjelasannya.
Rachmat menyebut beberapa produk ekspor lain yang mendukung surplus perdagangan pada Januari-Februari 2015 adalah perhiasan dan permata yang naik 52% dibandingkan periode sama tahun lalu, tembaga naik 35,1%, bijih, kerak, dan abu logam naik 24,5%, alas kaki naik 14,1%, serta kendaraan dan bagiannya naik 13,6%. "Perhiasan di sini termasuk batu akik mungkin. Alas kaki juga naik 14,1%," tambah Gobel.
Gobel berharap pelemahan nilai tukar rupiah bisa dimanfaatkan eksportir untuk menggenjot ekspor mereka ke berbagai negara. Tidak saja produk-produk di atas, beberapa produk lain seperti mebel, kerajinan tangan (handicraft), hingga otomotif dan elektronik memiliki peluang yang cukup besar.
Editor : Eben Ezer Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...