Mendag Tidak Tanggapi Komplain Peternak Australia
Enggar mengatakan, rakyat Indonesia lebih baik menikmati daging dengan harga Rp 65.000 per kilogram yang juga sehat. Selain itu ada subsidi silang bagi rakyat Indonesia sehingga dapat makan daging yang mempunyai protein tinggi dengan harga terjangkau.
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Perdagangan, Enggartriasto Lukita, mengatakan tidak peduli dengan komplain atau keluhan peternak Australia terhadap kebijakan impor daging kerbau Indonesia yang didatangkan dari India.
Mendag Enggar mengaku, bukan hanya peternak Australia yang komplain tetapi juga peternak dan pengusaha di Indonesia juga pada keberatan dengan kebijakan impor daging kerbau.
Hal itu disampaikan Mendag Enggar menjawab pertanyaan satuharapan.com mengenai keberatan para peternak Australia terhadap kebijakan impor daging kerbau.
“Ya memang jangankan dari Australia, dari sini (Indonesia) juga pada ngomel,” kata Enggar dalam konferensi pers di pressroom Kementerian Perdagangan, Jakarta, hari Jumat (11/11) siang.
“Komplain sih komplain saja bodoh amat, ada harga murah, bagus lagi, sehat. Kan sudah makan sate kalong, sate kebo dari Kudus soto kerbau, wah enak,” kata dia seraya tersenyum.
Sejak bulan lalu daging kerbau impor sudah memasuki pasar Indonesia. Ini ternyata mulai mendatangkan kecemasan bagi Australia dan menganggapnya sebagai peringatan tanda bahaya. Sebab, jika popularitas daging kerbau impor itu meningkat, pangsa pasar daging sapi dari Australia di RI dapat tergerus.
Australia selama ini memasok lebih dari setengah juta ekor sapi hidup setiap tahun ke RI.
Salah seorang yang merasa terancam adalah Tracey Hayes, chief executive Northern Territory Cattlemen's Association, asosiasi eksportir sapi dari Australia, yang berkantor di Darwin. Menurut dia, sebagaimana dikutip dari Bloomberg, kehadiran daging kerbau India impor di Indonesia adalah ancaman nyata.
"Itu sangat nyata dan bodoh bila kami berpikir sebaliknya," kata Hayes. "Daging kerbau India jauh lebih murah," tambah dia.
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita melakukan kunjungan ke salah satu perusahaan penggemukkan sapi (feedlot) di Sydney, Australia didampingi oleh Direktur Perundingan Bilateral Kemendag dan Atase Perdagangan Canberra. Dari kunjungan ini dapat diperoleh berbagai informasi dalam kaitan mendukung program pemerintah untuk mendorong kemampuan suplai sektor peternakan sapi potong dan stabilisasi harga daging sapi. (Foto: Kemendag.go.id)
Awal minggu ini (6/11), Mendag Enggar baru saja melakukan kunjungan kerja ke Australia. Dia mengaku telah berbicara dengan sejumlah pihak di Australia mengenai kebijakan impor sapi dan daging kerbau yang dilakukan Indonesia.
Mendag meminta bantuan Australia untuk memberikan masukan dan solusi mengenai harga sapi yang dijual terlalu tinggi. Enggar mengatakan, kalau harga sapi Australia bisa turun hingga Rp 65.000 per kilogram, maka kebijakan impor Indonesia mengenai kuota satu banding lima dan satu banding 10 akan dihentikan termasuk impor daging kerbau.
Namun sayangnya, Enggar tidak mendapatkan jawaban pasti dari pihak Australia. Menurut Enggar, pihak Australia mengatakan akan menurunkan harga daging sapi sekira Rp 85.000-90.000 per kilogram. Akan tetapi, keinginan tersebut dinilai terlambat dan masih mengambil keuntungan yang sangat besar.
“Tetapi saya bilang bagaimana? Tolong kasih ilmu saya harga kalau sapi you turun Rp 65.000, saya kasih stop dan tidak usah distop juga you bersaing,” kata Enggar.
Mendag Enggar mengatakan, “bagaimana cara saya, saya membiarkan masyarakat kita dengan harga Rp 115.000-120.000, kan enggak bisa ditolerir untuk itu.”
Dan dia (Australia) bilang, ‘Oke Pak kalau gitu kita bersedia turunkan harga’.
“Kok begini? Jadi berapa harganya?” kata Enggar.
“‘Bisa sampai Rp 85.000-90.000’,” kata pihak Australia.
“Jadi untung you (Australia) yang lalu ke gede amat,” kata Enggar.
Enggar mengatakan, rakyat Indonesia lebih baik menikmati daging dengan harga Rp 65.000 per kilogram yang juga sehat. Selain itu ada subsidi silang bagi rakyat Indonesia sehingga dapat makan daging yang mempunyai protein tinggi dengan harga terjangkau.
“Jadi sudahlah rakyat (Indonesia) suruh menikmati dulu kesejahteraan Rp 65.000 dulu. Saya bilang itu. Iya kan, karena yang sementara ini yang menikmati keuntungan besar adalah Anda (Australia),” kata Enggar.
“Sekarang izinkan rakyat (Indonesia) untuk menikmati dulu, untuk ada cross subsidy sekarang rakyat bisa makan daging yang mempunyai protein tinggi dengan harga Rp 65.000. Itu saja dulu,” dia menambahkan.
India Pesaing Tangguh
Sebelumnya, Bloomberg melaporkan, Australia kini mengandalkan Indonesia untuk membeli lebih dari setengah ekspor ternak hidup mereka. Australia tengah berupaya untuk memperbaiki reputasinya sebagai pemasok terpercaya setelah pada 2011 negara itu tiba-tiba melarang pengiriman sapi hidup mereka ke Indonesia karena tuduhan kekejaman di tempat pemotongan hewan.
Mendag melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan Pariwisata Investasi Australia, Steven Ciobo, didampingi Kepala BKPM, Dubes RI untuk Australia, Konsul Jenderal RI di Sydney dan Direktur Perundingan Bilateral, Kemendag. Pertemuan berlangsung di Intercontinental Hotel, Sydney membahas perkembangan perundingan IA CEPA, kerjasama bidang pengembangan sapi, potensi-potensi sektor barang dan jasa untuk mendorong perdagangan bilateral kedua negara.
Daging kerbau India yang dijual di pasar becek di Indonesia dengan harga Rp 65.000 per kilogram, tentu jauh lebih murah dibanding harga daging sapi impor Australia yang sekitar Rp 115.000 di pasar kelas atas Jakarta.
Murahnya harga daging kerbau India telah mendorong popularitas daging kerbau semakin tinggi di Asia. India sekarang menjadi pemasok utama ke Vietnam dan Malaysia - dua negara yang juga pembeli yang signifikan ternak hidup Australia.
Dihadapkan pada kekurangan daging karena permintaan lebih besar dari kelas menengah yang sedang berkembang, Indonesia mencabut larangan daging kerbau India tahun ini. Sebanyak 10.000 ton daging kerbau India tiba di Indonesia hingga akhir September. Dijual dengan harga 40 persen lebih murah dari harga daging impor dari Australia, daging kerbau impor dari India dapat menjadi pesaing yang tangguh di Indonesia.
Australia secara tradisional mendominasi pasar daging sapi segar di Indonesia, mencapai 80 persen dari impor negara ini pada tahun 2015. Australia hampir satu-satunya penyedia sapi hidup yang diimpor untuk pasar becek tempat sebagian besar orang Indonesia berbelanja produk segar. Ada 618.323 ekor sapi dikirim dari Australia ke Indonesia pada tahun 2015.
Namun, ekspor daging kerbau India telah melonjak dalam beberapa tahun terakhir di tengah industri susu yang tumbuh di negara ini. Kerbau bukan hewan suci dalam agama Hindu dan susu mereka memiliki lebih banyak lemak dibandingkan susu sapi. Kebanyakan negara bagian di India melarang pemotongan dan ekspor daging sapi.
Kendati demikian tidak berarti jalan mudah bagi eksportir daging kerbau India menaklukkan pasar Indonesia.
Perdagangan ternak hidup kini menjadi salah satu titik utama hubungan Australia-Indonesia. Walaupun hubungan itu sempat terganggu oleh skandal mata-mata terhadap Presiden AS dan kontroversi eksekusi hukuman mati warga Australia oleh Indonesia, kini semuanya menunjukkan titik terang. Presiden Joko Widodo akan segera mengunjungi Australia.
Menteri Perdagangan Australia Steven Ciobo mengatakan dalam dalam sebuah wawancara Agustus lalu bahwa ia menargetkan untuk menyelesaikan perjanjian perdagangan bebas dengan Indonesia dalam waktu 18 bulan.
Editor : Eben E. Siadari
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...