Mendengarkan Suara Hati
SATUHARAPAN.COM – Ini sebuah cerita lama yang saya suka. Kisah seorang raja yang kebingungan dalam memutuskan siapa di antara ketiga anaknya yang akan menerima mandat sebagai raja berikutnya. Sebuah ujian sederhana akhirnya ia selenggarakan. Secara bergantian, ketiga anaknya diminta untuk menemukan jam kecil miliknya di antara tumpukan jerami di gudang. Masing-masing diberi waktu satu hari.
Anak pertama masuk ke gudang, kemudian bekerja keras seharian. Ia mencari-cari di antara tumpukan jerami. Semua peralatan ia gunakan. Suara bising terdengar dari dalam gudang. Sayangnya, setelah seharian bekerja keras, jam kecil itu tak ditemukan. Anak kedua masuk. Ia menemui kondisi gudang yang sangat berantakan ditinggal kakaknya. Tetapi demi kekuasaan, ia pun mencari jam tersebut sambil terus mengomel. Bukan hanya suara jerami yang diobrak-abrik, suara omelan si anak juga terdengar sepanjang hari. Alhasil setelah seharian bekerja keras, bukan saja kondisi gudang yang semakin berantakan, si anak pun tampak kusut karena seharian marah-marah.
Raja pun mulai khawatir. Jangan-jangan tak ada satu pun dari ketiga anaknya yang bisa dipercayai tanggung jawab mengurus kerajaannya yang besar. Ia mulai tak berharap banyak ketika anaknya yang ketiga diberi kesempatan masuk ke gudang. Di tengah kegundahannya, anak ketiga keluar dari gudang. Padahal, belum satu jam anak itu masuk ke sana, tak ada suara-suara dari dalam gudang ketika ia ada di dalam, bahkan ia pun tak tampak lusuh.
”Ah, begitu mudahnya engkau menyerah, Nak!", kata Sang Raja kepada anaknya itu. Tetapi raja terkesiap kala anak ketiganya menyodorkan jam kecil kepadanya. ”Ayah, ini jam yang Kau cari!” Raja pun gembira bukan kepalang.
Semua orang penasaran bagaimana anak yang ketiga menemukan jam kecil itu. Ia pun bercerita, ”Sungguh aku begitu kebingungan ketika menjumpai kondisi gudang yang sangat berantakan. Aku tidak punya petunjuk darimana pencarian harus kumulai. Jadi aku mencoba untuk tenang dan diam, menutup mataku dan berkonsentrasi, sampai aku mendengar suara itu—’tik… tik… tik…’—yang berasal dari detak jarum jam. Suara itulah yang kuikuti dan membuatku mudah menemukan apa yang kucari tanpa membuat situasi gudang semakin parah."
Adakah situasi di sekitar kita saat ini begitu kacau dan semrawut sehingga kita sama sekali tidak punya petunjuk harus mulai dari mana? Memang kerja keras itu penting, namun tidak selamanya membuat kita meraih tujuan. Apalagi, kalau diikuti emosi tak terkendali. Semakin rumit jadinya.
Mengapa kita tidak bersikap anak ketiga? Dalam situasi apa pun juga, sesungguhnya suara hati kita tak pernah mati. Sayangnya, suara hati kadang begitu pelan, begitu lirih, sehingga tak mungkin kita dengar bila pikiran kita begitu bising. Kita perlu tenang, sedemikian tenang, untuk bisa mendengarnya, lalu bertindaklah sesuai suara hati.
Ya, dengarkan suara hati Anda. Selamat memilih!
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...